Artinya, konsistensi Jenderal Ahmad Yani dalam menentang komunisme sudah tegas adanya. Sebagai negarawan berlatar militer, dengan perspektif sosialisme ala Yani, dirasa perlu menjadi orientasi arah bangsa kala itu. Sekali lagi bukan justru komunis yang diberi "angin segar" menentukan arah kebijakan bangsa.
Wajar, karena kala itu Partai Komunis Indonesia menempati peringkat no. 4 dalam pemilu yang diadakan tahun 1955, dengan 16,4 persen suara. Medio 1957 hingga 1958, secara kalkulatif Komunis berhasil menandingi PNI (nasionalis) dan sejajar dengan Masyumi (Agama).
Sebagai negarawan, Jenderal Ahmad Yani tetap patuh pada arahan pimpinan tertingginya, tapi dengan catatan dapat merepresentasikan orientasi komunisme menjadi sosialisme yang berketuhanan. Semoga bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI