Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memburu Pasukan Hantu dari Semeru

19 Juni 2022   07:00 Diperbarui: 19 Juni 2022   07:14 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ichiki Tatsuo (wikipedia)

Setiap kali hendak melakukan serangan, para pasukan hantu ini merencanakannya dengan matang. Baik rencana A, B, dan C, disusunnya sebagai alternatif gerakannya. Terlebih ketika mereka berhasil menghancurkan markas Belanda di Pajaran pada 31 Agustus 1948. Begitupula ketika mereka melakukan serangan di Poncokusumo pada 18 September 1948. Semua sukses tanpa korban yang berarti dari pihak Republik.

"Hantu-hantu samurai", begitulah julukkannya. Tekadnya yang membara, tanpa lelah dan keluh mereka semua kerahkan untuk membela kemerdekaan Indonesia. Pasukan Belanda juga semakin gencar melakukan patroli untuk menangkap mereka. Walau kerugian yang dialaminya sudah semakin besar.

Hingga pada suatu ketika, pada 3 Januari 1949. Secara tidak sengaja pasukan patroli Belanda berpapasan dengan PGI di sekitar Arjosari. Seketika, pertempuran besar pun terjadi, hingga membuat pasukan PGI yang tidak diuntungkan dalam posisi, memilih untuk bergerak mundur. Nah, dalam kondisi gerak mundur inilah, Ichiki Tatsuo alias Abdul Rachman gugur terkena tembakan musuh.

Mengetahui komandannya gugur, Abdul Majid alias Goro Yamano, bersama dua rekannya Saleh alias Ishamu Hirouka dan Subejo alias Genji Hayashi, mengupayakan untuk menyelamatkan jasad Abdul Rachman usai pertempuran. Bersama para penduduk desa, mereka akhirnya berhasil menemukan jasad komandannya di sekitar jurang sebelah timur daerah Arjosari.

Mengenai kiprah para "pasukan hantu" ini, seperti yang diutarakan oleh Rahmad Shigeru Ono, mereka tidak berhenti berjuang ketika PGI telah diporakporandakan Belanda. Bersama para pejuang Republik, PGI alias "pasukan hantu" tetap melakukan serangkaian terornya kepada posisi-posisi Belanda di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Walau dengan kesatuannya masing-masing.

"Pasukan Hantu dari Semeru" adalah sebuah kisah yang tak akan lekang oleh waktu. Kiprah dan perjuangannya untuk Republik harus terus menjadi referensi sejarah yang dapat dikenang sepanjang masa. Seperti janji dari para samurai sejati. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun