Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Colabs Badarawuhi, Pasukan Demit, dan Sayu Wiwit

16 Juni 2022   06:00 Diperbarui: 16 Juni 2022   06:10 1676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Colabs antara penguasa gaib dengan pasukan demit ini tentu menjadi faktor utama yang mempengaruhi strategi VOC dalam menaklukkan Blambangan. Gak nanggung-nanggung, ketika berupaya menaklukkan Blambangan, VOC mengirimkan ratusan serdadu militer dari Semarang, sekitar 3000 prajurit bayaran, hingga 25 kapal besar untuk mengepung Bayu dari daerah lautan.

Ini adalah strategi terbrutal VOC yang pernah diungkap oleh Benedict Anderson dalam peristiwa Puputan Bayu. Lumbung-lumbung padi milik penguasa Blambangan dibakar dan dikepung selama berhari-hari. Pasukan Blambangan yang melawan, dan gugur, dihukum dengan tidak layak sebagai psy war. Konon sekitar 60.000 orang Blambangan gugur pada peristiwa ini, baik dari kalangan masyarakat ataupun dari para pejuang.

Thomas Stanford Raffles mendapatkan data yang lebih besar, bahwa pada peristiwa Puputan Bayu, sekitar 80.000 orang Blambangan gugur, dengan menyisakan 8.000 orang masyarakat yang hidup dalam keterpurukan. Lantas bagaimana dengan Badarawuhi, yang konon adalah penguasa pasukan demit dan Sayu Wiwit?

Usai Pangeran Jagapati gugur dalam peristiwa Bayu, dan perlawanan Sayu Wiwit dapat segera dikalahkan di selatan, maka pasukan demit tidak dapat memainkan perannya lebih jauh lagi. Konektifitas mereka terputus, usai pasukan Blambangan berhasil digiring VOC hingga ke Nusa Barong, untuk dibantai dalam pertempuran dan pengepungan dari darat dan laut.

Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, antara penguasa gaib di darat dan laut itu berbeda-beda. Mungkin perjanjian gaib yang dilakukan oleh Sayu Wiwit hanya berskala lokal, meliputi area kerajaan Blambangan dan tidak dengan penguasa laut. Pendekatan ini hanya sebagai analisis misteri yang menyelimuti peristiwa Puputan Bayu, dan bukan berlandaskan analisis sejarah.

Seperti halnya para penguasa Mataram, yang konon bersekutu dengan Ratu Laut Selatan. Ini adalah hal lumrah dalam terminologi budaya masyarakat Jawa (Clifford Geertz). Maka, hal ini bila dipahami dalam perilaku sosial dan budaya, fakta saling berkontribusi adalah jawaban dari pertanyaan diatas. Para pejuang Blambangan colabs dengan pasukan demit beserta penguasa gaib dalam upaya melakukan perlawanan kepada VOC.

So, misteri mengenai lokasi Desa Penari yang konon terletak di Desa Bayu ini, sudah pasti memiliki keterkaitan sejarah dengan peristiwa yang terjadi di masa lalu. Entah apa dasarnya menguak mitos gaib yang terjadi di Desa Penari, tetapi faktanya bahwa, Blambangan adalah kerajaan besar yang identik dengan kultur budaya dan adat yang kental.

Dimana peristiwa besar pernah terjadi di Desa Bayu kala itu dengan jumlah korban jiwa yang tidak main-main. Walau saat ini Desa Bayu sendiri viral karena diidentifikasi sebagai lokasi Desa Penari. Khususnya di area Rowo Bayu, yang konon dahulu tempat terjadinya pembunuhan massal para pejuang Blambangan ketika melawan VOC sebelum terjebak di Nusa Barong. Wallahualam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun