Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peristiwa Krisak yang Terlupakan

22 Mei 2022   14:14 Diperbarui: 22 Mei 2022   14:16 2988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monumen Krisak (Timlo.net)

Mungkin generasi kekinian tidak ada yang mengetahui peristiwa ini. Peristiwa penyergapan pasukan Belanda ini terjadi di sebuah dukuh kecil di wilayah Selogiri, Kab. Wonogiri, Jawa Tengah. 

Tepatnya di dukuh Krisak, Desa Singodutan, para pejuang telah mempersiapkan diri untuk memberikan penghadangan kepada konvoi pasukan Belanda yang hendak memasuki Jogjakarta. Seperti kita ketahui, pendudukan Jogjakarta oleh Belanda telah terjadi sejak bulan Desember tahun 1948.

Demi memperkuat kedudukannya, pasukan-pasukan dari luar Jogja didatangkan, nah, salah satu rutenya adalah melalui daerah Krisak ini. Kelak terjadi pertempuran hebat yang berhasil membuat pasukan Belanda kocar kacir melihat semangat juang para pasukan pejuang Republik. Gimana sih kisah heroiknya? Yuk kita simak sama-sama.

Selama bulan Mei 1949, pasukan-pasukan kecil dari pejuang selalu memberikan teror bagi pasukan Belanda di daerah Semarang selatan, Solo, Klaten, hingga Wonogiri. 

Mereka menyebar diberbagai lokasi guna memberikan perlawanan kecil dengan tujuan menghadang bala bantuan musuh yang hendak masuk ke Jogja. 

Rute ini merupakan area wild west bagi para pejuang Republik yang berbekal tekad "rawe-rawe rantas malang-malang putung". Semua hanya demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Sejak tanggal 10 Mei 1949, para pejuang telah memberitahu penduduk Krisak untuk mengungsi, guna mengurangi jatuhnya korban dari kalangan sipil. 

Rumah-rumah telah dikosongkan dan dibuat berbagai macam perangkap yang dapat membuat musuh kebingungan. Hingga pada tengah malam, tanggal 11 Mei, para pejuang telah mematangkan strateginya dengan memecah tiga kelompok pasukan penyergap.

Satu pasukan bersenjata senapan mesin ringan disiagakan di area Gunung Poncol. Di area selatan ditempatkan pasukan penggempur dengan senjata Tekidanto (pelontar granat) buatan Jepang di sekitar pasar Krisak. Sedangkan pasukan terakhir bertugas memberi serangan di sekitar Puntuk. 

Tidak lupa, ranjau darat juga telah ditanam di jembatan penghubung yang berada diantara dukuh Krisak. Semua pasukan ini didukung oleh para pemuda desa Singodutan yang turut berjuang mengangkat senjata.

Ilustrasi konvoi pasukan Belanda (historia.id)
Ilustrasi konvoi pasukan Belanda (historia.id)

Tepatnya pada pagi hari, pukul 07.15 konvoi pasukan Belanda telah terlihat memasuki area penghadangan. Dimana kemudian ranjau yang diletakkan di jembatan telah menghancurkan truk pengangkut pasukan Belanda.

Saat itulah serangkaian tembakan gencar diarahkan kepada pasukan Belanda yang terjebak diantara jembatan. Tidak ada jalan keluar, sisa-sisa pasukan Belanda yang tertinggal di sisi jembatan, tidak mampu menghadapi serangan dahsyat yang dilancarkan para pejuang.

Mereka memilih melarikan diri, tanpa mampu untuk bertahan. Karena, pasukan pejuang pelontar granat terus menghujani posisi mereka tanpa sanggup untuk dilawan. 

Belum lagi serangan gencar dari pasukan senapan mesin yang posisinya ada di area strategis. Tidak ada kata lain selain mundur, dan meninggalkan pasukan lainnya yang terjebak di jembatan.

Total kerugian yang dialami Belanda adalah, 8 orang tentaranya tewas, dan 38 pasukan terluka. Sedangkan di pihak Republik 2 pejuang gugur, yakni Prajurit Umbar dan Prajurit Suparman. Dalam peristiwa ini, semua senjata yang ditinggalkan pasukan Belanda berhasil direbut oleh para pejuang, beserta logistik dan obat-obatan.

Sebuah peristiwa keren sempat terekam dalam pertempuran ini, yakni dimana seorang pejuang berhasil merampas senapan mesin dari di atas kendaraan pasukan Belanda. 

Dimana serta merta ia kemudian menembakkan senapan mesin tersebut ke arah pasukan Belanda yang telah mundur, seperti pada film Rambo IV gitu deh.

Alhasil, akibat serangan ini, pasukan Belanda esok harinya kembali lagi dengan pasukan yang lebih besar. Mereka berhasil menguasai Dukuh Krisak dan membakar seluruh rumah penduduk yang telah ditinggalkan. Dalam sebuah patroli Belanda, mereka berhasil menembak mati Mayor Martodikromo yang gugur usai melakukan perlawanan.

Satu hal penting yang dapat kita ambil hikmah pada peristiwa ini adalah kunci dari keberhasilan berangkat dari tekad dan doa. Selain dari semangat yang membara, para pejuang lebih memilih membela kedaulatan bangsa daripada lari dari medan laga. Semua ada konsekuensinya, karena bagi para pejuang, konsekunsi adalah simbol dari pengorbanan.

Semoga kita nggak lupa ya, atas perjuangan dan pengorbanan dari para pahlawan bangsa. Khususnya pada peristiwa Krisak, yang mungkin tidak terkenal seperti peristiwa pertempuran besar lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun