Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Chico Mendes Sang Penjaga Alam dari Kerusakan

13 Februari 2022   23:57 Diperbarui: 14 Februari 2022   00:02 1436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chico Mendes bersama istri. Sumber: wikipedia.org/wiki/Chico_Mendes

Mungkin tak banyak yang mengenal sosok pejuang lingkungan ini. Terlahir di desa kecil bernama Xapuri, Brasil pada 15 Desember 1944. Memiliki nama asli Francisco Alves Mendes Filho, yang kemudian dikenal dengan Chico Mendes merupakan sosok dibalik salah satu penerima Global 500 Award dari PBB. Ia mendapatkan penghargaan khusus pada bidang lingkungan tersebut pada Juli 1897. Penghargaan yang tidak main-main tentunya, apabila dilihat dari realitas dunia pada masa itu yang lebih suka mengeksploitasi alam.

Berbekal pengalamannya sedari kecil yang dilahirkan di pedalaman hutan Amazone, Chico tumbuh sebagai sosok yang sangat memperhatikan kelangsungan hidup alam. Semua membutuhkan alam untuk kehidupan sehari-hari, maka manusia sebagai penghuni harus menjaga kelestariannya. Hal ini sangat ditentang oleh para tuan tanah di Brazil, yang banyak melakukan penebangan hutan demi membuka peternakan komersil.

Selama perjuangannya menjaga alam, banyak sekali intimidasi hingga ancaman pembunuhan sampai kepada diri beserta keluarganya. Hal ini dikisahkan secara otentik dalam film dokumenter The Burning Season (1994). Suaranya menentang perusakan alam atau deforestasi menjadikan banyak pihak yang menentangnya memberi perlawanan. Konflik antara masyarakat dengan pengusaha peternakan seringkali menimbulkan bentrokan.

Hal ini ditambah rumit akibat banyaknya aparatur militer setempat yang lebih mendukung kekuasaan pemodal. Semua serangkaian penangkapan terhadap Chico Mendes selalu diupayakan, walau akhirnya menemui jalan buntu. Melawan tanpa kekerasan adalah filosofinya, suatu hal yang tentu saja dapat mengorbankan jiwa siapa saja bagi pengikutnya. Tetapi, keyakinan menjaga alam dari kerusakan adalah motivasi utama para pejuang lingkungan dibawah komandonya.

Semua demi generasi nanti, demi anak cucu yang dapat selayaknya hidup berdampingan dengan alam. Seperti kita ketahui, hutan Amazone adalah salah satu sumber paru-paru dunia. Semakin banyak dukungan terhadapnya, maka semakin besar pula ancaman yang didapatnya. Begitupula terhadap teman-teman seperjuangan yang "getol" menyuarakan perlawanan terhadap perusakan alam.

Ada satu aksi yang menarik dalam film dokumenter tersebut, yakni ketika puluhan masyarakat, lelaki dan perempuan mengadakan aksi melindungi setiap pohon yang akan ditebang oleh pekerja eksploitasi. Dengan cara saling bergandengan tangan, mengitari pohon yang akan ditebang, walau alat berat hingga gergaji mesin mengancam keselamatan mereka.

"Suatu aksi spontan dalam perlawanan sipil, tetapi mengatur untuk aksi selanjutnya. Tanpa kekerasan, jauh lebih agresif dibandingkan protes spontan. Para demonstran hanya bertekad untuk menghentikan penebangan", tulis Alon Tan dalam buku Speaking of Earth: Enviromental of Speeches that Move the World (2006).

Dalam hal ini, tidaklah mustahil bagi para pejuang lingkungan untuk mengambil hikmah dari perjuangan Chico Mendes di Brazil. Walau pada akhirnya ia ditemukan meninggal dalam suatu insiden penembakan brutal yang dilakukan oleh para pembunuh bayaran. Semua konsekuensi yang telah ia terima, walau nyawa adalah taruhannya. Setidaknya, perjuangannya, dapat memberikan inspirasi bagi kita semua untuk menjaga alam dari kerusakan yang kian nyata saat ini. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun