Akhir Gerilya Sang Perempuan Pejuang
Area persembunyian Cut Mutia mulai terdeteksi oleh Belanda di daerah Alue Kurieng. Walau sempat melancarkan serangan pada pos Belanda disana, ia bersama pasukannya yang tinggal sedikit tidak mampu berbuat banyak ketika pasukan Marsose datang turut berperang.
Ia berupaya kembali masuk hutan bersama puluhan pasukannya. Minimnya amunisi juga semakin memberatkan perjuangannya. Berbekal rencong, tombak, dan panah tidak jadi soal tatkala puluhan pasukannya mengucap sumpah setia berjuang hingga akhir nyawa.
Alue Kurieng dengan segera dikepung oleh para pasukan Belanda bersama Marsose. Akses ke area hutan diblokir dalam usaha mencegah pelarian pasukan Cut Mutia. Pejuang perempuan dari Aceh Utara ini terdesak tanpa ada harapan untuk bertahan.
Diakhir pertempuran tersebut, ia tetap mengangkat rencongnya untuk melawan. Seluruh pasukannya telah gugur, dan ia tidak mau menyerah atau ditangkap. Sebutir peluru yang menembus kepalanya mengakhiri perjuangannya melawan penjajahan di Tanah Rencong.
Ia gugur sebagai kusuma bangsa. Sebagai seorang ibu yang menginginkan kemerdekaan bagi anak cucunya kelak. Sebagai seorang perempuan yang tidak sudi melihat tanah airnya dijajah oleh bangsa asing. Ialah Cut Mutia, namanya telah abadi dalam lembar sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H