Teriakkannya pun konon dapat menciutkan nyali para pasukan VOC tatkala berhadapan dengannya. Layaknya seekor singa yang tengah mengaum ketika menemukan santapannya. Sudah pasti membuat barisan depan pasukan lawan takut dan kalang kabut.
Terlebih ketika Raden Kabal dan Nyi Mas Melati bersatu dengan pasukan Pangeran Pabuaran. Banyaknya korban dikalangan pasukan VOC memaksa mereka untuk mendatangkan bantuan dari Batavia. Maka dimulailah fase perang yang tidak seimbang.
Tetapi, patut diacungi jempol memang, dibalik semangat patriotisme para pejuang ketika itu. Masalah perbedaan persenjataan tidak pernah membuat mereka gentar dalam melakukan perlawanan.
Mitos Nyi Mas Melati
Pada suatu pertempuran di sekitar Tangerang, pasukan Raden Kabal mengalami gempuran hebat dari pasukan gabungan Belanda beserta para tuan tanah pribumi yang mendukung kolonialisme. Pengkhianatan dan pengepungan akhirnya dapat menundukkan perlawanan mereka.
Konon, prosesi penguburan jasadnya diberlakukan semacam upacara khusus oleh Belanda. Memisahkan tubuhnya menjadi empat bagian dianggap menjadi syarat yang harus dilakukan oleh dukun-dukun pendukung VOC. Entah dengan maksud dan tujuan apa.
Tak hanya di Balaraja yang dianggap sebagai makamnya, beberapa sumber lain juga menjelaskan bahwa Pulau Panjang di Kepulauan Seribu merupakan makam aslinya. Satu hal lain yang justru menjadi mistis adalah ketika banyak warga Situ Gintung, Tangerang, menyebutkan lokasi makamnya berada di tengah danau.
Sisi positif yang tentu wajib dipahami adalah mengenai sepak terjang perjuangan Nyi Mas Melati. Merupakan sebuah kisah inspiratif bagi rakyat Tangerang untuk bangkit melawan Belanda pada masa selanjutnya.
Tetapi, sangat disayangkan, sumber-sumber otentik mengenai perjuangan Nyi Mas Melati masih sangat minim hingga saat ini dan hanya berkembang melalui tutur dari para sesepuh di beberapa daerah Tangerang.
Walau demikian, tentu kita patut mentauladani semangat juangnya. Apabila dipikir secara logika, perjuangan seorang perempuan hingga mampu angkat senjata adalah hal yang tabu di lingkungan masyarakat kala itu. Bukan sekedar emansipasi, tetapi murni berjuang atas dasar kebenaran dan keikhlasan.
Tidak juga dipopulerkan melalui film atau sinetron bergenre misteri. Sungguh sesuatu hal yang sangat disayangkan apabila dilihat dari semangat patriotik kepahlawananya, harus berakhir menjadi mitos dan misteri yang membuat masyarakat menjadi takut.