Warga Tangerang tentu sangat mengenali kisah Nyi Mas Melati. Ia seorang pejuang perempuan yang namanya diabadikan pada sebuah gedung dibilangan Daan Mogot. Hingga saat ini tidak ada yang mengetahui secara pasti silsilah Nyi Mas Melati.
Popularitasnya pada abad ke-18 di Tangerang menjadikan ia dijuluki sebagai "Singa Betina dari Tangerang" oleh VOC Belanda. Dikarenakan keberaniannya dalam memimpin berbagai perlawanan terhadap kolonialisasi asing serta para tuan tanah yang membuat kehidupan rakyat menderita.
Nyi Mas Melati dijelaskan sebagai keturunan dari Sultan Hasanuddin ke 18 yang menyiarkan agama Islam di daerah Banten dan sekitarnya. Kehebatannya dalam ilmu pencak dan kanuragan, membuat dirinya disegani kawan maupun lawan.
Ayahnya bernama Raden Kabal, beliau adalah tokoh yang mengobarkan perang terbuka terhadap penjajah dengan cara melakukan penghadangan serta sabotase aset-aset penting pemerintah Belanda di wilayah Tangerang.
Sesuai kisah yang berkembang di masyarakat, pusat kekuatan Raden Kabal dan Nyi Mas Melati berada di daerah Balaraja, Tangerang. Walau pertempuran yang dijalaninya tidak selalu terbuka, sifat gerilya masih menjadi strategi umum bagi pejuang-pejuang Indonesia kala itu.
Seperti kita ketahui, di daerah Balaraja juga terkenal dengan seorang pejuang perempuan yang bernama Nyi Mas Gamparan beserta pasukan Srikandinya. Ia adalah tokoh yang bertanggung jawab atas putusnya jalur pos VOC di sekitar Tangerang.
Fakta Pertempuran Pabuaran
Tanah-tanah petani Tangerang yang dikuasai oleh VOC dengan penerapan kontrak serta tanam paksa, membuat rakyat tidak dapat berbuat banyak untuk penghidupannya. Kemelaratan dan kesenjangan sosial menjadi sesuatu hal yang mencolok ketika itu.
Tuan tanah yang berlaku sewenang-wenang menjadi target utama penyerangan Nyi Mas Melati bersama dengan pasukannya. Alasan kesewang-wenangan para tuan tanah yang kerap melecehkan kaum perempuan juga menjadi landasan kuat kebenciannya terhadap para penindas.
Raden Kabal dianggap pelopor perlawanan terhadap sistem pajak ini. Pada peristiwa perang di Pabuaran, ia mendapatkan bantuan dari rakyat yang tengah bangkit semangat patriotismenya. Walaupun resikonya adalah penangkapan atau pembunuhan.
Semangat perjuangan Nyi Mas Melati pun tak kalah dari ayahnya. Keris dan pedang yang menjadi senjata utamanya dianggap mempunyai daya magis dan dapat membunuh musuh dari tanpa harus mengenainya. Kala itu, kesaktiannya memang diakui oleh pasukan VOC.