Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

I Fatimah Daeng Takontu Perempuan Pejuang Kesultanan Gowa

16 Juli 2021   04:26 Diperbarui: 16 Juli 2021   04:29 1232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pejuang perempuan yang lahir pada 10 November 1659 ini berasal dari Sulawesi Selatan dan mempunyai silsilah kekerabatan dengan Kesultanan Gowa. Ia merupakan puteri dari Sultan Hasanuddin yang ke-XVI. Tatkala usianya memasuki 7 tahun, pecahlah Perang Makassar (1666-1669) melawan VOC-Belanda.

Pertempuran yang berkobar di penghujung bulan Desember 1666 ini ditengarai merupakan akibat dari upaya VOC memonopoli perdagangan di sekitar Makassar. Walau sempat berhenti ketika Perjanjian Bongaya ditandatangani oleh kedua belah pihak. Tetapi Perang Makassar tetap terus berkobar hingga tahun 1669.

Walau usianya masih kanak-kanak, semangatnya untuk mempelajari ilmu bela diri dan bertempur tidak dapat dianggap remeh. Terlebih ketika Fatimah mempelajari seluk beluk pertempuran laut. Pengetahuannya mengenai ilmu kelautan dan iklim membuat ia diamanahkan untuk memimpin armada Gowa.

Lautan yang ia cintai, membuatnya mampu berlayar ke seluruh area Laut Jawa hingga Banda. Tidak sekedar menjaga batas wilayah Kesultanannya, tetapi juga berdiplomasi dengan Kesultanan-Kesultanan Islam lainnya. Sebutlah Banten, yang kelak membawanya terlibat pada pertempuran Laut Jawa melawan VOC.

Bertempur Bersama Kesultanan Banten

Tatkala Sultan Hasanuddin menyepakati perjanjian Bongaya, Karaeng Galesong dan Karaeng Bontomarannu melakukan ekspedisi ke Pulau Jawa. Mereka berdua adalah kerabat dari Sultan Hasanuddin yang menolak Bongaya dan sangat memusuhi VOC. Keberangkatannya ke Jawa adalah strategi melanjutkan perjuangan.

Usai Sultan Hasanuddin wafat, pada usia 12 tahun Fatimah menyusul ekspedisi Gowa ke Jawa tahun 1671. Bersama pasukan perempuan (Bainea), ia tak lantas menyurutkan semangat juangnya ketika menghadapi ganasnya gelombang Laut Jawa.

Ketika itu Banten tengah bertempur melawan VOC, kehadiran pasukan Gowa sangat disambut oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Pasukan Sultan Ageng lantas menggabungkan kekuatannya bersama Karaeng Galesong dan Fatimah. Dalam sebuah pertempuran, pasukan Bainea dapat memukul mundur VOC hingga ke perbatasan.

Bantuan yang datang dari Batavia serta bertambahnya pasukan Sultan Haji pengkhianat dari Banten, berhasil menyudutkan pasukan Sultan Ageng. Dalam konfrontasi ini, membuat pasukan Gowa terpukul mundur hingga membuat Syekh Yusuf Al Makassari selaku panglima perang dari Gowa tertangkap musuh.

Kabar mengenai perlawanan Trunojoyo terhadap VOC di Jawa Timur membuat Karaeng Galesong bersama pasukannya memutuskan untuk pergi membantu. Meninggalkan Fatimah di Banten, dengan harapan dapat terus mengembangkan perjuangan.

Tak henti berjuang melawan penjajah. Tak patut pejuang untuk menyerah kalah. Biar jiwa berperang di tanah seberang. Tetaplah rindu terhadap tanah lahir sang pejuang. Karena kegigihannya dalam bertempur, ia mendapatkan julukan "Garuda Betina dari Timur" oleh VOC.

Kembali ke Makassar

Sang "Garuda Betina dari Timur" akhirnya memutuskan untuk kembali ke Makassar saat perjuangan Sultan Ageng dapat dipatahkan pada tahun 1683. Kembali ia mengarungi lautan Jawa untuk dapat bergabung dengan para pejuang Gowa yang tersisa.

Perjuangannya menentang penjajah semakin keras, tatkala ia mendapatkan kabar bahwa Karaeng Galesong gugur di medan juang Jawa Timur. Bersama pasukan Bainea ia tetap melancarkan pertempuran secara gerilya hingga dapat menjalin hubungan diplomatik dengan Kesultanan Mempawah di Kalimantan Barat.

Tidak hanya perlawanan gerilya di darat, di lautan ia juga tidak kalah hebatnya. Melakukan serangan-serangan dadakan terhadap kapal-kapal dagang VOC membuat dirinya semakin diincar oleh penjajah. Hidup atau mati, menjadi sayembara yang gencar dilakukan oleh VOC untuk mengakhiri perlawanannya.

Area perjuangannya dapat dikatakan sangat luas, dari Makassar, Jawa hingga Kalimantan, ia terus berpetualang seraya sesekali melancarkan serangan terhadap penjajah. Dimanapun ia berpijak, maka tak ada kata penjajahan. Dimanapun ia berjuang, maka tak gentar ia pertaruhkan nyawanya.

Banyak pihak yang kemudian berspekulasi mengenai sepak terjang Fatimah. Di usianya yang masih belia, dapat turut serta berjuang menghadapi musuh tanpa takut terhadap kematian. Hal inilah yang kemudian menimbulkan kontoversi. Spekulasi mengenai akhir perjuangannya belum dapat dipastikan hingga kini.

Kontroversi Akhir Perjuangannya

Sebuah makam di Mempawah yang tertulis atas nama I Fatimah Daeng Takontu telah menimbulkan pertanyaan berbagai pihak. Pasalnya, usai sekembalinya Fatimah dari Banten, perjuangan melawan kolonialisme ia fokuskan di Makassar. Walau ia pernah berdiplomasi dengan Kesultanan Mempawah.

Argumentasi lain yang menjelaskan mengenai perihal Fatimah melakukan lawatannya ke Mempawah dan kemudian meninggal disana, dapat juga dibenarkan keabsahannya. Apabila ditinjau dari sepak terjang Fatimah yang aktif menghimpun kekuatan melalui jalur diplomasi.

Persoalan ini tentu akan lebih baik apabila dilakukan penelitian lebih lanjut guna mengakhiri polemik mengenai akhir dari perjuangannya.

Walaupun demikian, kiprahnya dalam menentang kolonialisme VOC kala itu tentu jangan sampai dilupakan oleh generasi saat ini. Informasi yang berkaitan dengan perjuangan Fatimah tentu dapat dengan mudah diakses dan dipelajari, guna menambah pengetahuan kita terhadap sejarah bangsa Indonesia.

Semoga, generasi saat ini mampu meneladani perjuangan beliau saat itu. Bukan jadi soal, walau ia dilahirkan sebagai perempuan. Ketangguhannya dalam bertempur telah ia buktikan, baik di darat ataupun di lautan. Semoga dapat menginspirasi kita semua. Salam sehat selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun