Kembali ke Makassar
Sang "Garuda Betina dari Timur" akhirnya memutuskan untuk kembali ke Makassar saat perjuangan Sultan Ageng dapat dipatahkan pada tahun 1683. Kembali ia mengarungi lautan Jawa untuk dapat bergabung dengan para pejuang Gowa yang tersisa.
Perjuangannya menentang penjajah semakin keras, tatkala ia mendapatkan kabar bahwa Karaeng Galesong gugur di medan juang Jawa Timur. Bersama pasukan Bainea ia tetap melancarkan pertempuran secara gerilya hingga dapat menjalin hubungan diplomatik dengan Kesultanan Mempawah di Kalimantan Barat.
Tidak hanya perlawanan gerilya di darat, di lautan ia juga tidak kalah hebatnya. Melakukan serangan-serangan dadakan terhadap kapal-kapal dagang VOC membuat dirinya semakin diincar oleh penjajah. Hidup atau mati, menjadi sayembara yang gencar dilakukan oleh VOC untuk mengakhiri perlawanannya.
Area perjuangannya dapat dikatakan sangat luas, dari Makassar, Jawa hingga Kalimantan, ia terus berpetualang seraya sesekali melancarkan serangan terhadap penjajah. Dimanapun ia berpijak, maka tak ada kata penjajahan. Dimanapun ia berjuang, maka tak gentar ia pertaruhkan nyawanya.
Banyak pihak yang kemudian berspekulasi mengenai sepak terjang Fatimah. Di usianya yang masih belia, dapat turut serta berjuang menghadapi musuh tanpa takut terhadap kematian. Hal inilah yang kemudian menimbulkan kontoversi. Spekulasi mengenai akhir perjuangannya belum dapat dipastikan hingga kini.
Kontroversi Akhir Perjuangannya
Sebuah makam di Mempawah yang tertulis atas nama I Fatimah Daeng Takontu telah menimbulkan pertanyaan berbagai pihak. Pasalnya, usai sekembalinya Fatimah dari Banten, perjuangan melawan kolonialisme ia fokuskan di Makassar. Walau ia pernah berdiplomasi dengan Kesultanan Mempawah.
Argumentasi lain yang menjelaskan mengenai perihal Fatimah melakukan lawatannya ke Mempawah dan kemudian meninggal disana, dapat juga dibenarkan keabsahannya. Apabila ditinjau dari sepak terjang Fatimah yang aktif menghimpun kekuatan melalui jalur diplomasi.
Persoalan ini tentu akan lebih baik apabila dilakukan penelitian lebih lanjut guna mengakhiri polemik mengenai akhir dari perjuangannya.
Walaupun demikian, kiprahnya dalam menentang kolonialisme VOC kala itu tentu jangan sampai dilupakan oleh generasi saat ini. Informasi yang berkaitan dengan perjuangan Fatimah tentu dapat dengan mudah diakses dan dipelajari, guna menambah pengetahuan kita terhadap sejarah bangsa Indonesia.