Bagi saya, menulis adalah cara saya membuka sisi-sisi kekurangan saya. Bagaimana tidak? Saya bukan blogger “sejati”, saya hanya blogger kadang-kadang ; tidak pernah mengikuti kelas menulis ; dan semasa dikampus sangat jauh dari kehidupan tulis menulis apalagi karya ilmiah. Saya di kampus adalah “Singa Jalanan”, suka Aksi, pake toa dan manas-manasin di atas mobil sound #nostalgila :p. Lagi kuliah aja, maju ke depan dan izin aksi sama dosennya. #wongGendeng. :D. Tuk menulis, modal saya hanya nekat. Tulis aja dulu. Pilihan kata, tata bahasa, pemahaman istilah, dan kedalaman bahasan, dibahas nanti. Yg penting niat nya berbagi, walau yg dibagi hanya tetesan-tetesan nya saja. Emang punya nya segitu.
Saya menulis untuk memperlihatkan kepada diri saya dan mungkin orang lain tentang sisi-sisi kekurangan saya. Saat saya menulis, sering saya lupa istilah, nama tokoh dll. Saat itu saya tau kekurangan saya dan saya mencari dan mencoba melengkapi. Karena dicari dg minat, maka istilah, nama tokoh, dll itu lbh lama menempel di ingatan saya. Sering juga saya ragu dg alur pikir sebuah teori, khawatir akan menebar paham “sesat”, lalu saya baca lagi sumber informasi / buku nya, saya analisa dan saya pahami. Pada tahap pemahaman, saya coba tuangkan dg bahasa dan kata-kata saya sendiri. Sering juga saya harus ngontak temen-temen untuk sekedar “make sure” bahwa kutipan, pemahaman teori, istilah, nama tokoh dll yg saya pakai sudah benar. Bener-bener, dg menulis, saya tau, saya hanya remah-remah tepung terigu di pojok-pojok tumpukan gorengan di dalam gerobak si abang. Masih banyak yg harus saya pelajari. Masih banyak buku yg harus saya baca. Sekarang, terbesit keinginan saya untuk mencari Mentor / Coach yg sesuai dg bidang yg saya minati, “Human Capital Development”. Mentor / Coach yg dapat mempertajam dan membimbing saya, menjadikan remah-remah terigu menjadi minimal gorengan nya itu sendiri. Mohon doanya.
Jika sudah sedemikian rupa saya “Quality Control”, masih ada yg salah, padahal sudah terlanjur di publish. Itu peluang saya untuk memperbaiki dan lebih baik lagi ke depan. Akui kesalahan, jika memang kita salah. Dalam bukunya, Change Your Mindset (Change Your Life), Carol S. Dweck membagi mindset menjadi 2 (dua) : Fixed Mindset dan Growth Mindset. Orang-orang yg sukses adalah orang-orang yg memiliki Growth Mindset, dan Growth Mindset mengajarkan kita untuk memiliki jiwa yg lapang mengakui kesalahan. Jika yang terjadi adalah perbedaan pada sudut pandang /”mazhab”, maka perbedaan akan semakin memperkaya pembasan.
Mungkin ada yg bertanya juga, kapan saya menelurkan beberapa tulisan ringan, padahal keseharian saya full bekerja. Pasti tidurnya sedikit ya? Tidur saya normal, bahkan terbilang lebih. :p trus kapan donk waktu corat-coretnya? Di gerbong commuter Gan/Sist.
Gerbong commuter adalah tempat paling inspiratif bagi saya. Saya punya banyak waktu luang untuk berpikir “lepas” disini. Bagaimana tidak? hampir 4 jam per hari, harus saya lalui di commuter. Melebihi hari yg saya lalui bersama anak saya setiap hari nya. #hiks. Inilah faktanya, saya pegawai dan saya bekerja di Jakarta. Saya harus melewati “killing time” waktu perjalanan setiap hari, kalo saya hanya melalui nya dan tidak ada upaya mengoptimalkan nya. Matilah saya. Terbunuh dg rutinitas-rutinas waktu perjalanan. Kehilangan makna dan arti kehidupan.
Gerbong commuter adalah tempat saya berpikir “lepas”. Awalnya, tulisan ini dibuat hanya berupa status FB dg 1 kalimat singkat. Namun di commuter lah, status FB ini berkembang menjadi sebuah tulisan ringan. Awalnya hanya mau buat status “kapan saya menulis”, tp berkembang menjadi bahasan “kenapa saya menulis dan kapan”. Terima kasih commuter line. :)
Selamat Pagi. Selamat Memaknai Hari!
dari remah-remah tepung terigu gorengan,
@HendraEG