TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Migrant CARE, Anis Hidayah mengungkapkan insiden di KJRI Jeddah, Minggu sore, merupakan puncak dari akumulasi kemarahan buruh migran Indonesia yang tidak mendapatkan pelayanan secara memadai dan manusiawi.
Karena selama ini pelayanan yang diberikan pihak KBRI Ryadh maupun KJRI Jeddah, hanya merupakan pelayanan di dalam gedung saja. "Jadi hanya sebatas bagaimana orang diterbitkan dokumennya sudah sampai situ saja," ungkap Anis di kompleks gedung DPR, Jakarta, Senin (10/6/2013).
Manakala, kita memperhatikan kilas balik perhatian negara atas tanggungjawabnya terhadap sejumlah manusia yang menjadi warga negaranya sudah cukup banyak ilustrasi dan contoh nyata yang menunjukkan seringkali negara "abai" .
Kenapa sich harus seringkali mendapat tontonan serupa demikian...??
Kita mulai dengan proporsi penggunaan uang rakyat yang dikumpulkan baik melalui pajak atau bahkan pinjaman luarnegeri apapun istilahnya (surat utang negara, obligasi, pinjaman lunak apapun itu tetap utang) dan konon penggunaan anggaran tsb lebih dari 60% (penulis tidak memiliki data valid) lebih banyak digunakan untuk keperluan belanja pegawai, yang berarti kurang dari 40% yang dialokasikan buat pembangunan yang berkaitan dengan hajad hidup masyarakat banyak. Itu pun syukur-syukur kalau masih utuh, namun apabila menilik berita penyimpangan anggaran terjadinya di berbagai instansi dan berbagai daerah, bisa dibayangkan tersisa berapa saja yang secara langsung digunakan bagi kemaslahatan masyarakat. Ini bentuk "abai" yang pada akhir-akhir ini sering menjadi tontonan kita bersama.
Kemudian terdapat contoh terkini lagi; kasus yang melibatkan seorang kepala badan dengan seorang pramugari airlines, walau barangkali misalnya terdapat kekurangtepatan cara si pramugari menegur, namun demikian bahwa mematikan ponsel dalam penerbangan sudah merupakan ketetapan peraturan yang telah ditetapkan oleh negara untuk ditaati warganya. Jadi ditegur atau pun tidak, sudah selayaknya seorang abdi negara mentaati aturan yang telah ditetapkan negaranya. Di sini menunjukan pula sikap abai penyelenggara negara terhadap aturan yang seolah-olah hanya berlaku bagi warga biasa.
Kembali pada kejadian rusuh tki di Jeddah, sangat berkaitan dengan sikap "abai" yang memang sudah terbiasa dan terus-menerus terjadi, sejak warga Indonesia akan berangkat hingga suatu waktu kembali pulang ke kampung halamannya seringkali mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya. Perlakuan itu semua, karena sikap "abai" tadi. Jadi bagaimana negara dan warga negara lain tempat saudara kita mengumpulkan devisa negara akan menghargai, karena negara dan penyelenggara negara sendiri tidak cukup memberikan penghargaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H