Mohon tunggu...
Hendra Hendarin
Hendra Hendarin Mohon Tunggu... -

http://www.facebook.com/hendra.hendarin

Selanjutnya

Tutup

Money

Indonesia: Untaian Mutiara Mewah di Etalase Perdagangan Dunia

23 Oktober 2016   12:31 Diperbarui: 25 Oktober 2016   01:57 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mutiara imitasi bisa dibuat dari apa saja; tergantung kreatifitas, bisa dari keramik, plastik, kaca, dilapis oleh bahan pelapis dan pewarna. Bedanya dengan yang asli: yang palsu akan terlihat terlalu sempurna, baik dalam hal bentuk atau juga kemulusannya. Dalam jumlah yang lebih banyak, bentuk dan rupanya juga relatif seragam, sedangkan mutiara asli tak ada yang identik antara satu dengan yang lainnya. Cara mengetahui beda yang paling mudah adalah dengan cara menggosokannya pada gigi; jika agak kesat dan terasa tak mulus, mungkin asli. Tapi jika terasa terlalu halus dan licin, artinya palsu.

Faktor yang Mempengaruhi Harga Mutiara

Harga mutiara dipengaruhi oleh faktor: Jenis mutiara, ukurannya, bentuk, kemilau, warna, dan kemulusannya. MLS adalah yang paling mahal. Sebagai gambaran, untuk mutiara alami, harganya sekitar tiga kali lipat mutiara hitam dan sepuluh kali lipat mutiara Akoya. Harga satu butir MLS alami ukuran rata-rata dengan kualitas tinggi bisa mencapai US$ 3.000. Mutiara yang bundar sempurna adalah yang paling mahal dibanding dengan bentuk lainnya. Sedangkan dalam hal warna, mutiara berwarna emas imperial adalah yang paling tinggi harganya.

Gambaran Singkat Komoditas Ekonomi Mutiara Laut Selatan

Departemen Perdagangan RI melaporkan bahwa pada tahun 2005 produksi MLS Indonesia mencapai 12 ton lalu meningkat pada tahun 2009 menjadi 18 ton. Budidaya MLS di Indonesia dilakukan di sekitar laut Bali, Lombok, Sumbawa, Sulawesi, Maluku dan Papua. Sedang NTB dianggap sebagai penghasil MLS paling berkualitas, termasuk yang paling mahal yakni mutiara berwarna emas. Lombok memiliki paling tidak 24 tempat budidaya mutiara yang masih beroperasi aktif.

Di pasar internasional, Indonesia adalah penghasil MLS paling besar, yakni 41.2% dari total perdagangan, disusul Australia dan Filipina, masing-masing 34.2 dan 5.5%. Negara penyerap mutiara Indonesia paling tinggi adalah Jepang, kedua Hong Kong, lalu disusul oleh Australia. Dari fakta terakhir ini, bisa kita lihat bahwa Jepang dan Australia, selain sebagai produser utama mutiara dunia, juga adalah importir. Artinya bahwa omset ekonomi yang diperoleh dari mutiara oleh masing-masing negara adalah yang tertinggi di dunia.

Mengapa Mutiara Tak Begitu Populer Sebagai Perhiasan di Tengah Masyarakat Kita?

Salah satu faktor utamanya adalah kekhawatiran masyarakat akan risiko membeli mutiara palsu atau berkualitas rendah sehingga tak sesuai dengan uang yang dikeluarkan. Daripada merasa menyesal kelak, banyak yang memutuskan untuk “cari aman” tak membeli mutiara. Mungkin mereka memutuskan untuk membeli perhiasan yang lebih mudah mengukur kualitasnya, misal emas dan berlian.

Namun juga tak mudah menyalahkan pendirian ini, karena pada kenyataannya sosialisasi tentang mutiara tak banyak dijumpai. Masyarakat juga banyak yang terjebak membeli mutiara palsu atau berkelas rendah karena pasar mutiara di tanah air banyak dibanjiri oleh produk berkualitas rendah atau palsu. Sementara sebagian masyarakat lain sudah merasa cukup gembira dengan mutiara yang dibelinya karena tak memiliki pengetahuan yang memadai akan mutiara yang baik dan bernilai.

Bagi pihak penjual, banyak dari mereka yang lebih memilih untuk menjual mutiara kelas rendah, alasannya: mutiara berkualitas tinggi kurang laku karena banyak pembeli tak mau mengambil risiko membeli mutiara mahal namun mendapatkan barang kualitas rendah karena kurangnya pengetahuan akan mutiara. 

Sebagai konsekuensinya, mutiara bernilai tinggi dari negara kita hanya memenuhi pangsa pasar luar negeri. Pasar luar negeri, selain daya belinya lebih tinggi, juga memiliki pengetahuan yang umumnya lebih baik.

****

Bandung, 23 Oktober 2016

Oleh: Hendra Hendarin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun