"Kita harus bisa menjaga kota ini sampai kapanpun, untuk anak cucu kita bahwa kita adalah kota yang menjunjung toleransi yang tinggi.
Saya yakin, membangun Surabaya, ketika didasarkan dengan agama yang kuat, agama apapun itu,maka Surabaya akan jadi kota yang makmur, kota yang tentram, kota yang aman, kota yang tenang, dan kota yang damai.
(Eri Cahyadi, walikota Surabaya)
Setelah sukses menggelar Ibadah dan Perayaan Natal Nasional 2023 (Rabu, 27/12) di Graha Bethany Nginden, Surabaya kembali punya gawe. Kali ini (Kamis, 11/1/2024) adalah Natal Akbar yang dipusatkan tepat di jantung kota, pelataran Balaikota Surabaya.
Kegiatan yang digagas oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, dengan mengundang warga Kristen dan Katolik ini adalah termasuk yang pertama. Maksudnya, pertama diadakan di luar gedung (outdoor). Pertama juga bisa diikuti masyarakat umum secara luas.
Sebab, pada tahun-tahun sebelumnya, kegiatan hanya terbatas untuk ASN di lingkup Pemkot Surabaya. Lokasinya di dalam gedung pertemuan milik sendiri. Kalaupun ada masyarakatnon ASN yang turut hadir, terbatas pada undangan bagi mereka yang ikut tampil memeriahkan Natal bersama antara pegawai yang beragama Kristen dan Katolik tersebut.
Nah, kegiatan yang berlangsung di Taman Surya, sebutan untuk halaman depan kantor Balaikota Surabaya (semacam alun-alun) untuk kegiatan keagamaan non-Islam, baru tahun ini diselenggarakan. Biasanya, di tempat ini jamak diadakan untuk kegiatan doa/pengajian bagi umat muslim yang sudah rutin dilakukan setiap tahunnya.
Tentu saja, upaya Cak Eri, panggilan akrab walikota Surabaya Eri Cahyadi mendapat apresiasi positif bagi banyak pihak. Terlebih bagi umat Kristen dan Katolik yang bersama-sama bisa turut hadir merasakan atmosfer kebersamaan di Balaikota.
 "Balaikota ini adalah rumah rakyat. Siapa pun berhak masuk ke Balaiikota ini. Dan Balaiikota ini adalah milik semua agama: Muslim, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghuchu. Maka, kalau ada hari besar agama lainnya, juga akan digelar di tempat ini," kata Eri di hadapan 7.500 hadirin (melebihi target kehadiran 6.000 orang). Ada rasa haru, dan bangga menyeruak di antara tepuk tangan mengapresiasi upaya ini.
Jadi rencananya nanti, tidak lagi sekadar ada pemasangan ornamen keagamaan semata. Namun juga menggelar perayaan hari besar agama yang dimaksud. Di tempat yang sama juga.
Kilas Balik
Memang bermula pada Desember tahun 2022 lalu, Pemkot Surabaya telah memulai upaya tersebut. Menjadikan Surabaya sebagai kota toleransi, rumah bersama bagi semua agama. Salah satunya dengan cara dengan memasang simbol dan ornamen-ornamen keagamaan pada setiap momen menjelang dan sesudah hari "H".
Persisnya dimulai dari Natal 2022. Setelah itu bergantian saat menyambut Imlek, Nyepi, Waisak, Idul Fitri, Paskah, Idul Adha. Namun, hanya sekadar pemasangan simbol dan ucapan "Selamat Merayakan..." semata.
Maka, hadirnya prosesi/ritual keagamaan seperti ini, diharapkan Surabaya menjadi semakin lebih aman dan nyaman untuk ditinggali warganya. "Hari ini adalah hari yang paling indah dalam hidup saya. Ketika dalam hidup, kita diajarkan dalam agama kita, bagaimana kita harus berbagi satu dengan yang lainnya. Seperti Tuhan membagi kasih kepada hamba-Nya,"Â kata mantan Kepala Bappeko (Badan Perencanaan Kota) di era walikota Tri Rismaharini saat memulai sambutannya.
Sembari mengutip kepahlawanan semangat arek Suroboyo, Eri menambahkan, "Kita tidak pernah melihat suku apa itu? Kita tidak pernah melihat agama apa itu? Seperti halnya kita mempertahankan kemerdekaan 10 November di Kota Surabaya. Sebagai Kota Pahlawan, dalam bertempur, tidak melihat apakah kita agama muslim . Apakah kita agama Kristen, kita Katolik, kita Hindu, kita Buddha. atau kita Konghucu. Tapi hari ini kita bisa buktikan bahwa seluruh warga Surabaya, dengan berbagai kepercayaan, dengan keyakinan kita masing-masing, maka kita bisa menunjukkan selamanya di dalam jiwa kita adalah NKRI Â harga mati!"
Ah, betapa bahagianya jika sebuah kota bisa memberikan ruang dan wadah yang sama seperti ini. Bersama-sama bisa saling menjaga dan mendoakan kota tempat tinggalnya masing-masing, apapun keyakinan yang dipeluknya. Sebab, kebahagiaan dan kesejahteraan kota adalah milik bersama.
Senada dengan pesan Natal yang disampaikan kala itu. Menjadikan umat kristiani sebagai pembawa dampak bagi sekitarnya. Turut menjadi pewarta kabar baik, warta bahagia. Kebahagiaan yang dapat dirasakan oleh semua. Dalam hidup di tengah keberbedaan dan keragaman.
Bagaimana dengan tempat tinggal kalian?
Happy Sunday :)
Hendra Setiawan
14 Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H