Sebagai kota perjuangan, Surabaya memiliki banyak cerita di dalamnya. Tidak saja yang paling fenomenal, peristiwa 10 November 1945.
Ada cukup banyak bukti sejarah yang menjadi warisan masa kini. Jejak berupa bekas tembak-menembak di viaduct alias jembatan-jembatan lawas. misalnya. Atau tetenger lain yang akhirnya diabadikan menjadi nama jalan.
Misalnya, ada nama BKR Pelajar. Sebab, di sana dulu pernah ada rumah atau bangunan yang menjadi saksi bisu tentara yang berasal dari kalangan rakyat sipil.
Foto: dok. pribadiÂ
Sempat agak gamang juga untuk turut hadir dalam aksi teatrikal dalam rangka mengenang peristiwa Insiden Perobekan Bendera Belanda, yang terjadi 78 tahun silam. Apalagi belum pernah sekalipun. Sebab, sebelumnya pernah digelar di hari biasa sesuai tanggal kejadian. Pagi hari ataupun malam hari.
Faktor lain, karena acara-acara seperti ini pasti ribuan orang bakalan datang. Entah memang benar-benar pengin tau atau hanya sekadar hepi-hepi di hari libur. Apalagi titik kumpulnya cuma di satu ruas jalan legendaris, Tunjungan.
Belum lagi, penonton umum dibatasi untuk cukup menonton dari luar pagar pembatas. Hehe... ya, tau sendiri kalau sudah seperti begitu. Pandangan mata jadi lebih terbatas. Dapat mengambil dokumentasi, itu sudah untung-untungan kalau pas tepat.
Syukurlah, gelaran kali ini diadakan pada sore hari. Baru dimulai sekitar pkl. 4 sore dan berakhir 60 menit sesudahnya. Agak lumayan tak begitu gerah karena panas yang menyengat.
Maklum, sepekan belakangan ini cuaca lagi panas-panasnya. Surabaya sumuk, hot potato-potato, bahasa guyon-nya alias puanass kenthang-kenthang. Panas yang terasa amat menusuk kulit.