Meskipun demikian, yang tampil tidak hanya mobil hias semata. Ada sebagian peserta yang turut menampilkan defile dan atraksi; seperti drumband atau rombongan penari remo.
Usai acara ini, pusat kegiatan beralih ke jalan legendaris di Tunjungan. Di jalan sepanjang 750 meter ini, acara "Parade Budaya" dimulai pada malam harinya. Setidaknya ada 10 komunitas budaya yang mengikutinya. Misalnya dari Indonesia Timur dan reyog serta barongsai. Juga peragaan karya busana dengan nuansa etnik kontemporer oleh siswa/i SMP.
Menurut Walikota Surabaya Eri Cahyadi, digelarnya kegiatan ini sebagai upaya untuk mewujudkan kebangkitan Kota Surabaya menuju kerakyatan ekonomi. Bergeliat, tidak lagi vakum akibat adanya pandemi Covid-19.
Meskipun acara malam hari ini durasinya hanya sekitar 1 jam, namun antusias warga yang datang tetap tinggi. Selain ada yang mengabadikan gambar, ada pula yang menikmati kuliner. Serta menyaksikan hiburan yang digelar oleh salah satu grup reyog di panggung depan Museum Surabaya. Baik secara langsung maupun lewat big screen yang disediakan.
Ah, kalau menyaksikan kembali momen seperti ini, rasanya seperti suasana sudah 'normal' saja. Suasana ketika belum ada dampak pandemi. Hanya bedanya, sekarang mayoritas pengunjung memgenakan masker sebagai penutup wajah.
Oh, ya, bunga-bunga nan cantik yang dipakai mempercantik mobil hias, boleh diminta/diambil pengunjung usai acara. Tapi, biasalah... ada yang tak sabaran. Petugasnya kalah dengan pengunjungnya.
Selamat merayakan HUT ke-729 Kota Surabaya...
30 Mei 2021