Nama "Yesus" tak bisa diganti sembarangan dengan yang lain. Apalagi jika maknanya sampai hilang, seperti kata ganti "Isa". Yesus adalah terjemahan atau berasal dari beberapa bahasa. Antara lain dari kata "Iesus"Â (Latin), "Iesous" (Yunani), atau "Yesua"Â (Ibrani-Aram). Â Artinya, "Tuhan menyelamatkan".
Yesus adalah nama sakral, pemberian dari Tuhan sendiri, yang disampaikan melalui perantaraan malaikat Gabriel. "... engkau akan menamakan Dia Yesus, karena ia akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka".
Makna Rohani
Tentu saja ada korelasi hari libur keagamaan sebagaimana yang tertulis dalam kalender nasional. Satu nama dipakai untuk menyebut seluruh rangkaian peristiwa. Tidak mungkin mengganti salah satunya, namun yang lain masih tetap sama. Misalnya, ada hari raya yang memakai nama "Isa Almasih". Namun ada pula yang memakai nama "Yesus Kristus". Â Biar imbang atau adil begitu deh... :)
Antara Natal (kelahiran), Wafat, dan Kenaikan; keseluruhannya masih sama. Akan tetap memakai istilah atau nama Isa Almasih. Belum sampai pada penggantian nama menjadi Yesus Kristus.
Terkait dengan penamaan ini, tahun 2022 ini saja, di bulan Mei, setidaknya sudah 2 kali media mencatat terjadinya hoaks. Pertama, bahwa Kementerian Agama (Kemenag) akan mengubah judul Hari Wafat Isa Almasih menjadi Wafat Tuhan Yesus (sumber-1). Kedua, Kemenag akan mengganti nama hari libur Kenaikan Isa Almasih menjadi Kenaikan Tuhan Yesus (sumber-2) .
Memang sih, hari libur ini ditujukan utamanya kepada pemeluk agama kristiani di Indonesia. Namun jadi "lucu" ketika terminologi yang dipakai adalah dari sudut pandang agama Islam. Kembali lagi pada poin persoalan yang dibahas di atas; mempersamakan nama Yesus Kristus sebagai Isa Almasih.
Justru kalau mau lebh jujur, penggunaan nama Isa Almasih bisa jadi bumerang dalam pemahaman iman umat Islam sendiri. Pokok kajian pentingnya ada pada peringatan wafat Isa Almasih. Kalau peristiwa Kelahiran dan Kenaikan-Nya, barangkali tak seberapa pelik penjelasannya.
Dogma (pemahaman iman) kristiani jelas tak ada masalah mengenai wafatnya Yesus. Bahkan ketika teks Alkitab tak mencatat satupun cerita kematian-Nya di kayu salib sekalipun. Masih ada banyak tulisan non-biblikal dari para sejarawan yang hidup pada abad I-II Masehi. Mereka turut mencatat peristiwa sejarah tersebut dalam berbagai surat dan buku, yang sumber tekstualnya masih tersimpan di museum.
Dogma dalam Islam justru tidak mengakui wafatnya Isa. Ia dianggap masih hidup. Bukan Isa yang meninggal di kayu salib. Ada orang lain yang menggantikan posisi Isa. Ada orang lain yang diserupakan wajahnya.Â