Reportase Arus Balik 2022. Selain laporan perjalanan, menarik juga sepertinya menengok keadaan di dalam kota. Suasana yang terjadi akibat ditinggalkan pemudik berhari-hari lamanya itu.
Apa yang Anda lihat dari deretan foto-foto kolase seperti ilustrasi di atas tersebut? Sepi. Lengang.
Ya, tidak terlalu salah, karena memang begitulah kenyataanya. Walaupun sebenarnya disebut begitu, juga tidak terlalu sepi amat dan lengang banget kenyataannya.
Masih terlihat kendaraan roda dua dan empat yang berlalu-lalang di jalanan. Tetapi memang jumlahnya turun signifikan. Bisa dihitung secara manual pada situasi tertentu.
Enak sebenarnya dengan kondisi demikian. Kebisingan suara ditekan. Polusi yang ada juga bisa diturunkan.
Sayang, tidak bisa memperlihatkan video pendek yang bisa memperlihatkan kondisi riilnya. Tetapi momen kelengangan itu bisa nampak dari jarak kendaraan antara posisi depan dan belakang. Terpautnya bisa agak jauh. Beda dari kondisi biasanya yang bisa mepet antar pengendara.
Dua Sisi
Dua hari saya merekam suasana jalan di pagi hari. Sebenarnya, sekitar jam 7 pagi adalah jam-jam kepadatan sibuk luar biasa kalau dalam suasana normal.
Tapi kondisi itu masih belum begitu nampak. Hari Kamis (5/5/2022) dan Sabtu (7/5/2022) pagi ini saya sekalian berolahraga pagi dengan sepeda, keliling di daerah agak "tengah kota". Mulai dari sekitaran kawasan jalan Kertajaya-Dharmawangsa dan juga di kawasan utama jalan Pemuda hingga Darmo. Padatnya kendaraan di jalanan masih tidak begitu seberapa ramai. Lancar-lancar saja. Bahkan cenderung di bawah normal.
Beberapa peseda atau orang yang berolahraga pagi (jalan/lari) nampak menikmati suasana ini. Bisa dengan tenang dan lebih nyaman menikmati kondisi kota yang "normal".
Maklum, banyak yang mudik ke luar kota, dan baru sebagian saja yang kembali. Itu pun karena aturan kerja perusahaan swasta. Libur lebaran hanya dua hari di tanggal merah. Hari Rabu atau Kamis sudah mulai masuk kantor kembali.
Menarik untuk membandingkan kondisi jalanan di ibukota Jawa Timur ini. Pada 21 Oktober 2021 lalu, Surabaya secara gemilang mendapatkan penghargaan sebagai "Kota dengan Udara Terbersih se-Asia Tenggara."
Raihan ASEAN Environtmentally Sustainable City (ESC) dengan kategori Udara Terbersih Kota Besar ini diberikan dalam acara The 5 ASEAN ESC Award and the 4 Certificate of Recognition. Ada beberapa kategori dalam penghargaan ini, yaitu clean air, clean land, dan clean water. Surabaya mendapatkan penghargaan dengan kategori clean air (udara bersih) di seluruh ASEAN.
Menurut Eri Cahyadi, walikota Surabaya, penghargaan ini merupakan yang pertama di tingkat ASEAN. Ia menjelaskan cara Surabaya dalam mengatasi emisi dan polusi udara itu, salah satunya dengan cara memperbanyak ruang terbuka hijau (RTH).
Tapi, berita baik ini menjadi kebalikannya di pertengahan Januari 2022. Surabaya mendapatkan peringkat satu untuk "kota termacet di Indonesia". Lha, haha... Arek Suroboyo pada gak terima...
Seperti misalnya, melansir survei dan indikator internal yang dimiliki oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya. Pembanding ini menyatakan data, lalu lintas di Kota Surabaya saat ini masih dinyatakan cukup baik atau relatif lancar.
Rilisan yang disampaikan sebelumnya oleh perusahaan analis data INRIX (USA) bertajuk Global Traffic Scorecard 2021Â itu memang menyebut hal yang berbeda. Temuan khusus di negara Indonesia, peringkat 5 besar kemacetan lalu lintas tertinggi sepanjang tahun 2021 itu menyebut nama: (1) Surabaya, (2) Jakarta, (3) Â Denpasar, (4) Malang, dan (5) Bogor.
Parameter yang dipergunakan adalah level kemacetan tertinggi. Caranya, dengan mengidentifikasi beberapa area perjalanan di dalam kota dan menangkap profil mobilitas unik pada masing-masing kota.
Selanjutnya, dari penelitian ini menganalisa waktu perjalanan, jarak tempuh, karakteristik perjalanan, dan dampak kecelakaan terhadap kemacetan di dalam kota.Â
Maka muncullah "hours lost in congestion" atau waktu yang hilang karena menghadapi kemacetan. Di Surabaya, angkanya ini naik dari 58 ke 62 dari periode tahun sebelumnya.
Nikmati Keindahan
Arus balik lebaran, suasana pasar tradisional pagi di kawasan jalan Menur-Manyar, daerah terdekat tempat tinggal, masih terlihat sepi. Crowded, penuh sesak. Begitulah biasanya ritual harian di jalanan ini. Bisa stres, kalau tak tahan :)
Pekan ini, banyak pedagang yang masih memilih libur, toko tutup. Pedagang musiman janur untuk ketupat dan lepet yang bertambah. Ada yang menjual matangnya, tinggal makan. Seikat 10-15 ribu isi 5 rangkaian. Cukup laris karena tidak ada saingannya.
Aha... Rupanya bunga-bunga Tabebuya berwarna kuning mulai bermekaran juga. Kado istimewa dari alam menjelang HUT Kota Surabaya di akhir bulan Mei ini. Ada yang mulai berbunga, ada yang sudah mekar sempurna. Cantik jalanan jadinya.
Ini sih jadi penanda kalau musim panas segera tiba. Walaupun kemarin malam hujan masih juga turun agak deras. Sebab bunga-bunga yang sering disebut Sakura, yang aslinya tanaman asli hutan hujan Amazon (Brazil) ini amat membutuhkan cukup banyak sinar matahari.
Silakan nikmati jajaran Tabebuya yang sedang mekar serempak di antaranya. Habis ini pasti akan ada berita di media mainstream. "Cantiknya Bunga Tabebuya Mekar di Jalanan Kota Surabaya." Sudah bisa ditebak, karena sudah beberapa kali kejadian, hehe...
Selamat bermalam Minggu, akhir pekan terakhir di Lebaran 2022.
7 Mei 2022
Hendra Setiawan
*) Â Bacaan: Â Kompas-bersih, Â Liputan6-bersih, Â Kompas-macet, Â Liputan6-macet
**) Â Artikel terkait Lebaran: Â
Populer:Â Kerukunan, Potret Indah Kebersamaan di Hari Lebaran
Rekomendasi: Â Tradisi Unjung-Unjung Lebaran, Hari Pendidikan dan Momentum Kembalinya Kebersamaan
Ucapan Selamat Lebaran dalam Bahasa Daerah, Memperkuat Rasa Cinta Nusantara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H