Maklum, banyak yang mudik ke luar kota, dan baru sebagian saja yang kembali. Itu pun karena aturan kerja perusahaan swasta. Libur lebaran hanya dua hari di tanggal merah. Hari Rabu atau Kamis sudah mulai masuk kantor kembali.
Menarik untuk membandingkan kondisi jalanan di ibukota Jawa Timur ini. Pada 21 Oktober 2021 lalu, Surabaya secara gemilang mendapatkan penghargaan sebagai "Kota dengan Udara Terbersih se-Asia Tenggara."
Raihan ASEAN Environtmentally Sustainable City (ESC) dengan kategori Udara Terbersih Kota Besar ini diberikan dalam acara The 5 ASEAN ESC Award and the 4 Certificate of Recognition. Ada beberapa kategori dalam penghargaan ini, yaitu clean air, clean land, dan clean water. Surabaya mendapatkan penghargaan dengan kategori clean air (udara bersih) di seluruh ASEAN.
Menurut Eri Cahyadi, walikota Surabaya, penghargaan ini merupakan yang pertama di tingkat ASEAN. Ia menjelaskan cara Surabaya dalam mengatasi emisi dan polusi udara itu, salah satunya dengan cara memperbanyak ruang terbuka hijau (RTH).
Tapi, berita baik ini menjadi kebalikannya di pertengahan Januari 2022. Surabaya mendapatkan peringkat satu untuk "kota termacet di Indonesia". Lha, haha... Arek Suroboyo pada gak terima...
Seperti misalnya, melansir survei dan indikator internal yang dimiliki oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya. Pembanding ini menyatakan data, lalu lintas di Kota Surabaya saat ini masih dinyatakan cukup baik atau relatif lancar.
Rilisan yang disampaikan sebelumnya oleh perusahaan analis data INRIX (USA) bertajuk Global Traffic Scorecard 2021Â itu memang menyebut hal yang berbeda. Temuan khusus di negara Indonesia, peringkat 5 besar kemacetan lalu lintas tertinggi sepanjang tahun 2021 itu menyebut nama: (1) Surabaya, (2) Jakarta, (3) Â Denpasar, (4) Malang, dan (5) Bogor.
Parameter yang dipergunakan adalah level kemacetan tertinggi. Caranya, dengan mengidentifikasi beberapa area perjalanan di dalam kota dan menangkap profil mobilitas unik pada masing-masing kota.
Selanjutnya, dari penelitian ini menganalisa waktu perjalanan, jarak tempuh, karakteristik perjalanan, dan dampak kecelakaan terhadap kemacetan di dalam kota.Â
Maka muncullah "hours lost in congestion" atau waktu yang hilang karena menghadapi kemacetan. Di Surabaya, angkanya ini naik dari 58 ke 62 dari periode tahun sebelumnya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!