Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masalah Pengeras Suara dan Matinya Tenggang Rasa

27 Februari 2022   15:00 Diperbarui: 27 Februari 2022   15:05 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Analogi Cerita

Anggaplah begini. Di sebuah kantor, ada orang yang senangnya pada lagu-lagu lawas, tempo dulu. Karena usianya sudah senior, masa hidupnya sesuai dengan masa keluarnya lagu-lagu tadi.

Tapi di situ, juga ada anak-anak muda, yang lebih yunior. Jelas soal selera musik dan lagu-lagu yang akrab di telinga juga berbeda.

Kalau dua generasi ini sama-sama berada dalam dunianya sendiri. Mendengar selera musik sesuai dengan masanya sendiri, tak akan terjadi apa-apa.

Namun akan terjadi gesekan ketika misalnya, si senior lantas membunyikan secara keras lagu-lagu kesukaannya. Turut bernyanyi di dalamnya. Enjoy menikmatinya.

Tetapi dalam pendengaran si yunior, suaranya jelek, fals, tak sesuai kunci nada, dan seterusnya. Mengganggu bingits...

Nah, suatu saat ada yunior yang protes. Tapi karena merasa kalah usia dan kalah power, permintaannya tidak segarang jika dilakukan pada rekan sebayanya. “Pak, tolong dong, volume musiknya dikecilkan.”

Sejurus dengan itu, si yunior malah seakan disemprot balik. “Lha, lagu kesukaan saya, kok kamu protes. Ya, jangan didengarkan.”

Lha..?! Memangnya bisa? Ruang publik dianggap seperi ruang privat. Jelas jawaban yang bukan pada tempatnya.

Permintaan yunior hanyalah memohon senior supaya menurunkan volume alat pengeras suaranya. Bukan memintanya untuk mematikan sarananya.

Maksudnya adalah supaya terjadi “ketertiban” di ruang bersama. Biar sama-sama merasa nyaman dalam bekerja, beraktivitas harian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun