Tak Dapat K-Rewards, Berarti Anda Relawan Sejati
Apakah K-Rewards awal tahun 2022 ini kembali bermasalah lagi? Bisa jadi begitu walau sudah tak lagi sebombastis seperti menjelaang tahun 2021 kemarin.
Sudah pada mahfum, sudah tahu sama tahu. Khususnya bagi mereka yang sudah pernah dan rutin mendapatkannya. Bisa memperbandingkan dari bulan satu ke bulan lainnya.
Secara acak membaca tulisan dan komentar dari kawan-kawan soal K-Rewards di tahun 2022 ini, nampaknya yang jadi perhatian terletak pada jumlah nominal yang diperoleh tak sebanding lurus dengan besaran nilai UPV (pembaca unik) yang didapatkan. Bahasa gamblangnya nilainya [minim] dari yang di-'promosi-kan sebagai aturan baru.
Mau protes lagi? Hahaha... protes ke mana? Memang bisa dinaikkan jumlahnya setelah protes, walaupun dilakukan secara massal?
Protes dengan cara tak mau menulis lagi di Kompasiana? Tak ada pengaruhnya juga, ya....
Realistis
Ya, saya juga pernah berada di posisi yang sama. Pernah merasakan mendapatkan hadiah  setelah berjerih lelah menulis selama satu bulan berjalan. Tapi kalau menghitung-hitung, ya memang jelas amat jauh dari perkiraan. Sangat minim dari yang diperoleh.
Menyikapi hal ini, tentu kenbali lagi pada akhirnya pada diri sendiri. Apa sih tujuannya kita menulis di sini? Kalau sekadar mengejar honor yang gede, bersiaplah hati untuk dikecewakan, hahaha...
Kalau tak mau, berkirimlah tulisan pada media-media papan atas. Kalau ingin mendapatkan penghargaan yang lebih manusiawi, carilah ke situs lain sejenis yang memberikan rangsangan nominal lebih tinggi. Bukankah begitu logikanya?
Kalau para penulis Kompasiana tetap lebih betah berada di kanal ini dengan segala risiko mendapatkan K-Rewards yang "tak manusiawo" demikian, tentu itu juga pilihan. Mengapa bertahan? Tentu masing-masing orang punya alasan baik yang bisa dikatakan ataupun tidak.
Relawan Pengetahuan
Makin banyak menyelami para penulis dengan materi dan gaya penulisannya yang khas, membuat saya meyakini bahwa lebih banyak orang mau menulis di Kompasiana karena sifat "rela berbagi". Berbagi ilmu, berbagi pengetahuan.
Tulisan-tulsan yang cerdas dan bernas, kerap ditemukan. Baik itu ditulis oleh orang yang memang memiliki latar belakang keilmuan dan pekerjaan yang digelutinya. Atau sebuah karya yang disuguhkan oleh para penulis anonim. Dalam arti dalam profilnya tidak disebutkan pasti latar belakang keilmuan atau profesi yang ditekuninya.
Namanya relawan, tentu tidak berharap tinggi-tinggi. "Saya dapat apa kelak jika ikut melakukan ini dan itu (tanpa bayaran atau honorarium)?". Seperti kawan-kawan relawan kemanusiaan yang bergerak di bidang sosial yang saya kenal secara pribadi.
Seperti hukum alam, kebaikan itu seperti sebuah lingkaran. Ia akan berputar. Orang yang telah melakukan kebaikan akan mendapatkan ganjaran kebaikan pula.
Termasuk juga pada para relawan penulis atau penulis relawan seperti ini. Mereka tidak mendapatkan hadiah apa-apa secara langsung.
Rugi, jelas iya. Baik secara pikiran, waktu, tenaga dan materi. Butuh bayar listrik dan internet. Makan minum juga buat asupan gizi.
Tapi kok ya tetap mau menulis? Rutin lagi... Gak nalar!
Bisa jadi, memang tak masuk diakal. Semua itu bisa kembali kepada faktor kepuasan batin. Sebuah tulisan yang bisa dibaca banyak orang, nilai kemanfaatannya tak bisa dihitung hanya sekadar itungan materi belaka.
Kemampuan seseorang dalam menyajikan tulisan yang bisa memberikan inspirasi, membuka cakrawala berpikir, memberikan wawasan baru, berapa pantasnya harus dihargai? Bisakah dihitung secara pantas? Sulit...
Jadi, buat para sahabat yang hingga sampai saat ini masih tak mampu jua meraih K-Rewards, tak perlu berkecil hati. "Upahmu besar di sorga, xixixi...."
9 Februari 2022 (Hari Pers Nasional)
Hendra Setiawan
*) Â Tulisan sebelumnya (Artikel Utama): Â Pamer Harta, Berujung Duka atau Bahagia?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H