Sebelumnya, angkat topi buat Tim Libang atau siapapun yang bekerja di belakang layar. Mereka yang bisa menyajikan data internal dalam bentuk Kaleidoskop Kompasiana selama 11 bulan (Januari-November 2021).
Melihat grafik yang ditampilkan, secara umum angka-angka yang ditampilkan agak mengejutkan buat saya pribadi. Tentu saya tidak mengulasnya satu-satu karena saya bukanlah orang dalam, hehe...
Ambil salah satu contoh, terdapat peningkatan anggota baru hingga 1 juta lebih. Wow, banyak banget, ya?!
Dari total 2.469.865 anggota (periode 2008-2021) jika dikurangi dengan yang baru (Januari-November 2021) sebanyak 1.661.689, maka terdapat selisih angka 808.176. Lebih banyak yang baru ketimbang yang lama.
Maka bisa diartikan, sebanyak itulah jumlah "pesaing baru" buat para Kompasianer yang telah duluan ada. Dua kali banyaknya dari anggota lama sebelum 2021.
Namun, dari sejumlah itu, hanya 657 yang akunnya terverifikasi dan 57.831 yang tervalidasi. Jumlah yang teramat minim jika dibandingkan dengan angka di atas tadi.
Sajian jumlah angka ini tentu saja menjadi sedikit angin segar di tengah kabar yang tidak menyenangkan soal minimnya budaya literasi penduduk Indonesia. Seperti pernah dilansir hasil survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA), yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019 lalu. Indonesia hanya menempati ranking ke 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.
Bisa jadi tambahan lonjakan anggota baru itu, mungkin salah satu faktornya adalah karena efek pandemi. Kehadiran para mahasiswa, guru/dosen yang "diwajibkan" punya karya tulis secara online, mengakibatkan kanal Kompasiana kebanjiran peminat baru.
Tapi saya tidak tahu pasti, hanya dugaan semata...