Terlebih lagi pada Sabtu (4-12-2021), kisah perempuan asal Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto menjadi trending di media sosial Twitter. Pasalnya, terkuak sisi lain penyebab utama dan kronologis kisahnya.
Ternyata ada cerita pilu yang lebih tragis ketimbang tulisan berita ada wanita muda yang sekadar mati menenggak racun dan ditemukan di samping pusara ayahnya.
Konon, hanya ibunyalah yang masih memberikannya kekuatan moral untuk bisa bertahan hidup. Keluarga yang lain sudah tak memedulikannya dan terus memojokkannya. Upaya hukum seperti jalan buntu; jauh panggang dari api.
"Mahasiswi cantik berjilbab," seperti tampak dalam foto dan narasi yang beredar. Kesan psikologis yang secara umum dia bisa dianggap lebih ‘agamis’. Paling tidak, ia lebih dianggap mampu (struggle) dalam menghadapi persoalan hidup atas dasar iman percayanya.
Namun situasi sosial lingkungan yang dialaminya tidaklah semulus nasib baiknya yang bisa kuliah di salah satu kampus negeri ternama. Juga bisa berkenalan dekat dengan seseorang yang punya karir bagus di salah satu institusi negara, yang kemudian menjadi kekasihnya.
Namun begitu, rentetan peristiwa tak semanis jalan hidup yang diawalinya. Pada mula kehidupan di kampus, ia juga sempat mendapatkan pelecehan seksual dari kakak tingkatnya. Akibatnya, ia mengambil cuti kuliah 1 semester karena merasa dipermalukan.
Selang berapa lama, ia justru mengalami peristiwa pemerkosaan dan berakibat hamil. Buntut oknum dekatnya tak mau bertanggung jawab. Sudah begitu, ia dipaksa menggugurkan janin dalam kandungannya.
Sepandainya seseorang, sekuat apapun mentalnya, tapi kalau lingkungan terdekat justru abai terhadap persoalan ini, jalan “bunuh diri” bisa jadi adalah sebuah 'permakluman'.
Temani, Jangan Ditinggalkan
Dalam sudut pandang agama atau kepercayaan apapun, orang bunuh diri bisa dianggap salah dan dosa. Tentu tahapan penyelesaian atas hal ini, ada ragam rupa tergantung dari keyakinan imannya tersebut. Antara pemuka agama, lembaga konseling, atau pelayanan pastoral tentu punya kisi-kisi tersendiri untuk menangani kasus-kasus berat seperti NW di atas.
Sekali lagi, biar jangan ada justifikasi yang terus berulang pada diri seseorang yang sudah dianggap “salah/dosa” tadi. Justru harapannya adalah mengangkat mental dan sisi spiritualnya, agar bisa bangkit kembali.