Mendapatkan beasiswa pendidikan. Hmm, siapa yang tak mau? Lumayan, kalau bisa meraihnya. Sudah tak perlu bingung lagi membayar SPP bulanan. Kalau ada lebihnya, bisa ditabung atau untuk keperluan yang lain. Semacam membeli buku, fotocopy, atau kebutuhan lain yang mendukung keperluan sekolah.
Beasiswa pendidikan kali pertama saya mengenalnya semasa SMA. Waktu itu jadwalnya bayar SPP bulanan. Bersama kawan-kawan yang lain di ruang TU (Tata Usaha), terus mendapatkan kabar yang mengejutkan dari petugas yang mengurusi keuangan sekolah.
"Wah, enak Mbak "A", bulan depan SPP-nya gratis."
Lha, memangnya ada apa? Mengapa si A bisa mendapatkan keuntungan seperti itu? Nah, usut punya usut, ternyata si A tadi bisa bebas membayar SPP bulanan karena ia sebelumnya mendapatkan rangking pertama di kelasnya. Jadi pihak sekolah memberikan kebijakan alias bonus berupa pembebasan pembayaran SPP 100 persen.
Keuntungan orang pintar ya, begitulah.... Ia mendapatkan apresiasi secara finansial.
Model Beasiswa
Beasiswa pendidikan model seperti di atas rasanya sudah cukup jamak. Bagi pihak (institusi) penyedia beasiswa, pemberian reward (hadiah) kepada mereka yang memang secara murni punya kemampuan akademik yang bagus adalah sebuah kewajaran. Prestasi yang baik yang mendapatkan ganjaran yang baik, akan memicu para peserta didik lain untuk bisa berkompetisi secara sehat.
Model beasiswa seperti ini nampaknya juga mengalami perkembangan bentuk. Namun jumlahnya masih sedikit alias jarang yang menyediakannya. Â Yakni pemberian beasiswa non-akademik. Artinya, seseorang tidak hanya cukup dinilai dari kemampuan asah otaknya. Namun juga dalam bentuk prestasi lain, seperti di bidang olahraga dan seni.
Beasiswa model yang lain adalah dengan cara menilai kemampuan finansial dari orang tua. Artinya beasiswa diberikan kepada anak yang orang tuanya secara ekonomi bisa dikatakan tingkat menengah ke bawah. Jadi prioritasnya tidak cuma menilai dari nilai akademik semata dari si calon penerima beasiswa. Â
Tips Mencari dan Mendapatkan Beasiswa