Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tanam Ketela Rambat (Ubi Jalar) di Lahan Terbatas

26 Juli 2021   17:00 Diperbarui: 26 Juli 2021   17:12 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketela Rambat (telo rambat; Jawa) alias Ubi Jalar termasuk golongan makanan sehat. Ia bisa dikonsumsi sehari-hari sebagai bahan pangan non-beras.

Ubi jalar memiliki banyak kandungan nutrisi yang baik untuk tubuh. Secara persentase, di dalamnya terdiri dari 25 persen mangan, 14 persen vitamin B6, dan 9 persen kalium.

Sementara kandungan vitamin A juga cukup banyak, sehingga mampu memenuhi kebutuhan harian tubuh. Selain itu, ubi jalar juga menyediakan 37 persen kebutuhan tubuh akan vitamin C.

Kandungan nutrisi lain adalah ia  memiliki banyak serat, mineral, kolin, beta karoten, serta magnesium yang masing-masing punya peran baik bagi kesehatan tubuh. Setiap kandungan itu memiliki efek yang beragam, yang membantu meningkatkan daya tahan tubuh.

Di sisi lain, ubi jalar juga kaya antioksidan yang dapat menanggulangi efek radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas adalah zat jahat yang dapat menimbulkan peradangan dalam tubuh dan merusak DNA.

Secara lebih spesifik, konsumsi ubi jalar ini memberikan efek kesehatan seperti berikut.

1. Mengendalikan/menstabilkan gula darah

2. Mengontrol/mencegah tekanan darah tinggi

3. Mengurangi risiko kanker

4. Menjaga jantung tetap sehat

5. Menurunkan kolesterol

6. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh

7. Meningkatkan kesehatan sistem pencernaan

8. Menjaga kesehatan mata

9. Menstabilkan berat badan

10. Meningkatkan kinerja otak

11. Mengandung antiradang (memiliki efek antiinflamasi)

12. Mengurangi stres dan kecemasan

13. Membantu meningkatkan kesuburan

14. Menjaga keseimbangan air dalam tubuh

Bermula dari Coba-coba

Kalau tak salah ingat, kali pertama melakukan percobaan menanam daun Ketela Rambat ini pada Februari 2020. Enam bulan kemudian, merayakan kemerdekaan dengan cara menikmati hasil panen perdana.

Hingga jelang bulan Agustus lagi tahun 2021 ini, tak terasa berarti satu tahun berlalu. Memang harusnya sudah bisa merasakan dua kali masa panen berikutnya. Teorinya demikian, tapi kenyataannya tidak juga, hehe...

Ya, selama setahun belakangan ini, daun ketela rambat cuma dimanfaatkan daunnya sebagai bahan tambahan membuat sayur. Kebanyakan sebagai pengganti daun kangkung untuk membuat sayur asam. Kadang juga dibuat sayuran untuk teman sambal atau pecel.

Rugi waktu ya berarti? Menanam tapi tidak memanen? Bisa iya, bisa juga tidak. Memanen umbi buahnya memang tidak. Sebagai gantinya hanya memanen dedaunannya.

Idealnya setelah masa panen pertama, sisa dedaunannya yang ada dibersihkan juga sekalian. Bukan meneruskan atau membiarkannya terus bertumbuh? Tutorialnya begitu. Tapi kan ini belajar otodidak, percobaan. Mau melihat hasilnya kemudian. Tak apa 'kan, namanya saja mencoba, hehe ...

Tanam yang Gampang

Berhubung keterbatasan lahan, tentu menaman tanaman perlu disiasati. Hasilnya yang bisa dinikmati dalam waktu yang tidak terlalu lama. Bukan jenis tanaman tahunan.

Awal mula menanam Ketela Rambat berasal dari ketidaksengajaan. Barulah yang selanjutnya benar-benar diniati.

Pertama waktu membeli Ketela Rambat di pasar, salah satu atau beberapa di antaranya kok terus muncul daunnya. Berarti ketela tadi bisa dibuat bibit. Itu yang tercetus di pemikiran. Dan, akhirnya jadilah demikian.

Sementara, percobaan selanjutnya adalah mengambil dari ketela biasa yang tidak ada tanda-tanda tumbuh daun. Dan... ternyata bisa tumbuh juga. Jadi kesimpulan sederhananya ketela ini gampang ditanam. Di media apapun dia mudah untuk bertumbuh. Bahkan rambatannya ini bisa menjalar ke tembok atau perkerasan biasa. Itu hebatnya tanaman ini.

Tanaman ketela rambat lebih cocok ditanam di musim hujan. Di musim kering alias kemarau, daunnya banyak yang kelihatan layu dan tak segar. Banyak yang cepat mengering. Apalagi jika sampai kekurangan air.

Cara Tanam

Cara menanam Ketela Rambat tak susah. Bisa langsung dibiakkan di wadah yang sudah disiapkan. Atau bisa juga di wadah kecil sebagai area pembibitan dulu.

Tanaman itu tergolong cepat tumbuhnya. Jika pada awalnya, bibit sudah tumbuh sendiri dedaunan, saya langsung menanamnya pada media tanam. Maka yang kedua saya melakukan dengan cara tidak langsung, alias dibenihkan dulu.

Kalau tingginya sudah sekitar 10 cm atau lebih, dia bisa dipindahkan ke tempat yang baru. Sesederhana itu saja cara tanamnya.

Hanya yang perlu diperhatikan adalah pengairan untuk menjaga kelembaban dari tanaman ini. Dia juga membutuhkan paparan matahari secara langsung.

Oh ya, jenis ketela yang saya tanam itu jenis pertama yang berwarna kuning (oranye). Selanjutnya berwarna putih. Ada yang berwarna ungu, tapi amat susah mendapatkannya di penjual/pedagang.

Menilik dari kedua jenis warna tadi ternyata pada masa tumbuhnya memiliki corak daun yang berbeda. Ketela kuning daunnya berbentuk seperti jari. Sedangkan ketela putih daunnya seperti gunungan dalam pewayangan.

Tekstur daun ketela kuning lebih kenyal dan ulet jika dipetik. Sementara ketela putih lebih lembut dan lunak.

Nah, ada yang mau mencoba? Buat selingan yang lain. Masa lombok terus yang dibahas, hehe...

Ketela rambat, daun dan umbi buahnya bisa dinikmati dari kebun sendiri (foto: dok. pribadi)
Ketela rambat, daun dan umbi buahnya bisa dinikmati dari kebun sendiri (foto: dok. pribadi)

26 Juli 202

Hendra Setiawan

*)  Bacaan untuk manfaat kesehatan:  Hellosehat,  Sehatq,  Alodokter,  Healthgrid,  Liputan6

**)  Sebelumnya:  Kisah Daun Pandan di Halaman Rumah (Bagian 1/2)   dan  Memanfaatkan Daun Pandan untuk Kesehatan (Bagian 2/2)

***)  Artikel Utama:  Ciplukan, Si Kecil yang Ternyata Mahal Harganya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun