Kalau tak salah ingat, kali pertama melakukan percobaan menanam daun Ketela Rambat ini pada Februari 2020. Enam bulan kemudian, merayakan kemerdekaan dengan cara menikmati hasil panen perdana.
Hingga jelang bulan Agustus lagi tahun 2021 ini, tak terasa berarti satu tahun berlalu. Memang harusnya sudah bisa merasakan dua kali masa panen berikutnya. Teorinya demikian, tapi kenyataannya tidak juga, hehe...
Ya, selama setahun belakangan ini, daun ketela rambat cuma dimanfaatkan daunnya sebagai bahan tambahan membuat sayur. Kebanyakan sebagai pengganti daun kangkung untuk membuat sayur asam. Kadang juga dibuat sayuran untuk teman sambal atau pecel.
Rugi waktu ya berarti? Menanam tapi tidak memanen? Bisa iya, bisa juga tidak. Memanen umbi buahnya memang tidak. Sebagai gantinya hanya memanen dedaunannya.
Idealnya setelah masa panen pertama, sisa dedaunannya yang ada dibersihkan juga sekalian. Bukan meneruskan atau membiarkannya terus bertumbuh? Tutorialnya begitu. Tapi kan ini belajar otodidak, percobaan. Mau melihat hasilnya kemudian. Tak apa 'kan, namanya saja mencoba, hehe ...
Tanam yang Gampang
Berhubung keterbatasan lahan, tentu menaman tanaman perlu disiasati. Hasilnya yang bisa dinikmati dalam waktu yang tidak terlalu lama. Bukan jenis tanaman tahunan.
Awal mula menanam Ketela Rambat berasal dari ketidaksengajaan. Barulah yang selanjutnya benar-benar diniati.
Pertama waktu membeli Ketela Rambat di pasar, salah satu atau beberapa di antaranya kok terus muncul daunnya. Berarti ketela tadi bisa dibuat bibit. Itu yang tercetus di pemikiran. Dan, akhirnya jadilah demikian.
Sementara, percobaan selanjutnya adalah mengambil dari ketela biasa yang tidak ada tanda-tanda tumbuh daun. Dan... ternyata bisa tumbuh juga. Jadi kesimpulan sederhananya ketela ini gampang ditanam. Di media apapun dia mudah untuk bertumbuh. Bahkan rambatannya ini bisa menjalar ke tembok atau perkerasan biasa. Itu hebatnya tanaman ini.
Tanaman ketela rambat lebih cocok ditanam di musim hujan. Di musim kering alias kemarau, daunnya banyak yang kelihatan layu dan tak segar. Banyak yang cepat mengering. Apalagi jika sampai kekurangan air.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!