Setelah sempat ramai pada April lalu, rupanya kasus penandaan nama teman (tag) tak dikenal lewat akun Facebook (FB), kembali terjadi. Semingguan ini menimpa akun pribadi keluarga sendiri.
Bagaimana tahunya? Melalui pembacaan notifikasi yang ada. Pemberitahuan yang muncul di linimasa FB yang memang kadang tak terlalu dihiraukan.
Agak beruntungnya, sedikit tameng yang telah dibuat, tak menjadikan penandaan ini langsung meluncur dan terbaca di dinding utama. Rupanya perlu lebih ekstra ketat pengaturan yang telah dibuat sebelumnya.
Penggunaan FB memang awalnya untuk mencari kontak teman-teman lama yang terhilang. Bagusnya, sebagian ketemu. Baik teman sekolah, kerja, main, dan sebagainya.
Tapi berhubung adanya celah yang demikian, mau tak mau alur pertemanan tak bisa lagi diatur menjadi "publik". Sebab siapapun masih bisa mencari dan berkomunikasi lebih lanjut. Jadi sedikit repot dengan menurunkan levelnya ke "teman dari teman" atau "hanya teman". Add friend-nya jadi lebih terbatas.Â
Phising Porno
Penandaan nama diri pada sebuah foto atau video, sebenarnya tak terlalu masalah jika dilakukan dengan benar dan tepat. Bisa jadi menyenangkan, sebab itu menandakan orang yang di-tagging (ditandai) tadi jadi merasa dihargai. "Ini lho, dirimu."
Tapi, berada di tangan yang salah dan jahat, penandaan ini bisa jadi masalah besar. Apalagi penandaan itu terkait dengan link atau tautan yang berisi pornografi dan pornoaksi. Wah, sudah pelecehan seksual ini namanya. Bukankah ini jadi musuh bersama?!
Siapa yang tidak menjadi malu dan rikuh dengan kenyataan ini? Kenal juga tidak. Tapi kena sasaran juga. Lalu, bagaimana tanggapan orang lain terhadap dia? Wah, citra buruk kesannya.
Phishing umumnya terjadi karena motivasi ingin menguasai aset digital, seperti data pribadi yang saat ini menjadi komoditas paling berharga. Selain itu, tindakan ini juga bertujuan untuk mempermalukan pemilik akun, memfitnah atau iseng karena bisa melakukan hal tersebut.