Dengan berbicara, bisa diselingi tanya jawab, cerita dan humor sebagai bumbu penghangat suasana dan pemancing interaksi. Namun pada tulisan, jelas harus lugas, tak bertele-tele. Biarpun singkat, tapi harus pas dan bisa jelas diterima pembaca.
Sebenarnya 4 kemampuan dalam berbicara dan mendengar, serta membaca dan menulis sangat terkait erat. Hanya saja karena ada yang mendominasi maka kemampuan lainnya menjadi menurun. Ada ketidakseimbangan dalam mengelola kemampuan ini.
Jadi sebenarnya seluruh elemen itu ada pada setiap orang. Tinggal bagaimana cara menyatukannya, agar bisa bermanfaat dan saling mendukung.
***
Secara keilmuan, kemampuan seseorang dalam mendengarkan (menyimak) dan membaca disebut kemampuan reseptif;Â penerimaan atau penyerapan. Sedangkan kemampuan dalam berbicara dan menulis disebut dengan kemampuan produktif; pemgeluaran.
Aspek reseptif dan produktif dalam keterampilan berbahasa, baik secara lisan maupun tulisan, merupakan dua sisi penting. Sama seperti dua gambar pada mata uang yang saling berpaut. Saling mendukung, mengisi, dan melengkapi.
***
Nah, bagaimana cara menjembatani problem klasik yang banyak terjadi ini? Barangkali untuk mengatasi hal ini, cara termudah (berdasar pengalaman individu) adalah dengan merekam  perkataan dan menuangkannya lagi dalam bentuk bentuk kalimat tulis.
Memang kalau dilakukan secara manual terkesan lama, berat dan membosankan. Iya kalau cuma satu rekaman. Kalau banyak dan durasi waktunya panjang? Bisa-bisa kerjaan yang lain jadi terbengkalai.
Tips praktisnya, cobalah dengan menggunakan aplikasi semacam "voice to text". Berbicaralah saja terus. Biarkan perangkat pintar yang bekerja, hingga kalimat terakhir usai.
Selama ada kata-kata yang masih bisa mengalir, rekamlah. Tetapi kalau sekiranya dianggap terlalu panjang, bisa dijeda sedikit-sedikit. Supaya nantinya juga lebih memudahkan dalam menata ulang kata-kata yang terekam tadi.