Kalaupun bukan pengalaman sendiri, bisa diambil dari kisah-kisah kenalan lain. Membantu menceritakan ulang. Bukan main, medsos akan penuh cerita-cerita indah dan saling menginspirasi.
Bukankan sudah terlalu jenuh jika linimasa dipenuhi kisah-kisah "sampah". Orang saling mem-bully ketika beda pandangan politik. Menebar hoaks padahal ia seorang ASN atau pejabat yang digaji oleh negara. Guru yang semestinya mendidik murid agar punya perilaku yang baik, tapi malah mengajarkan paham kebencian (intoleransi). Kasus-kasus yang terus mendominasi linimasa berita ini, perlu diimbangi ---bahkan kalau perlu lebih banyak porsinya--- dengan cerita-cerita kebaikan.
Ah, tapi memang tak mudah juga untuk menceritakan "Kabar Baik" seperti itu. Entahlah, mengapa jumlahnya lebih sedikit ketimbang porsi yang lain, yang bisa mengaduk emosi. Hingga satu macam kisah bisa menjadi ratusan hingga ribuan tanggapan. Sementara, Kabar Baik hanya mendapat perhatian satuan atau puluhan penggemar.
Tak masalah dan tak usah dipermasalahkan juga menghadapi ini semua. Menapak jalan kebaikan memang penuh liku. Tapi sebagai bagian dari bangsa besar bernama Indonesia, merawat dan merayakan keluhuran nilai kebaikan, tetap perlu terus dipertahankan dan diwariskan. Setidaknya dengan berkarya lewat tulisan yang sengaja terus diproduksi.
Salam kebajikan....
30 Mei 2021
Hendra Setiawan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI