Ia sebenarnya bukan dari keluarga yang berkecukupan atau berlebih
Tapi bukan juga dari rumah tangga biasa yang masih sederhana atau kekurangan
Tidak, hanya "cukup" yang biasa-biasa saja
Dari pekerjaannya dan suaminya, cukuplah untuk menyekolahkan anak
Cukuplah untuk memenuhi kebutuhan keluarga setiap harinya
Dia hanya tidak ingin berdiam diri
Di rumah saja, tidak melakukan apa-apa
Ia hanya ingin menambah penghasilan keluarga
Seberapa pun hasil yang diperoleh; sedikit atau banyaknya
Sang suami menyerah terhadap tekadnya
"Ya, sudah, boleh kamu berjualan
Tapi jangan memberikan hargal yang mahal-mahal
Kasihan mereka yang sedang membutuhkan"
Pesan itulah yang kemudian dipraktikkan ketika ia menjual barang dagangannya
Hanya pada gerobak katu dorong kecil saja ukurannya
Ia membawa beberapa macam buah pepaya dan aneka pisang
Kadang juga ada kerupuk dalam plastik, gorengan, atau camilan tahan lama lainnya
Barang titipan juga atau hasil dari modal kulakan (*membeli untuk dijual lagi) sendiri
Menjajakan barang dagangan, melewati jalan-jalan kampung yang saban hari dilalui
Tak mesti (*pasti) juga, kadang juga berbelok arah
Berganti rute, melihat lokasi pelanggannya
Sembari mencari orang-orang yang dirasa mau membeli
Jam-jam nya sudah bisa diprediksi
Kalau ada suara, "Buah... Buah ..."
Ah, pertanda ini sudah jam 11 siang
Kadang memang ada orang yang menawar harga hingga separo-nya
Tentu saja itu tidak diberikan
Tidak nututi (*mencukupi) dari harga kulakan (*harga dasar pembelian)
Ah, jualannya masih termasuk mahal!
Tidak juga begitu
Malah ia terlalu baik pada orang
Ia terkadang hanya bisa meng-"iya"-kan saja pelanggan memberikan potongan harga sendiri
Barangnya sudah diamankan dulu, uangnya disusulkan belakangan
Tak jarang, kalau ada buah yang kelihatannya sudah kurang begitu baik, itu menjadi bonus buat pembeli dan pelanggan
Sudah, tidak usah dibayar
"Wah, kan jadi sungkan (*merasa tidak enak hati) kalau begini"
Dapat untung dari mana ia?
Sudah capek dan pegal berjalan jauh
Barang dagangan malah tak boleh dibayar
Untung rugi dalam berjualan
Mestinya juga harus dihitung cermat
Tapi begitulah, mungkin dia sedang mempraktikkan falsafah hidup ala Jawa
(padahal dia sendiri aslinya bukan Jawa)
"Tuna satak bathi sanak"
Tidak mengapa rugi uang sedikit, tetapi mendapatkan lebih banyak (per-)saudara(-an)
Oh, Ibu penjual buah
Yang sudah sekian lamanya jadi pelanggan setia
Tapi tak pernah jua bertanya siapa namanya
Semoga jalan rezekimu makin bertambah lebar
Sehat-sehatlah engkau selalu
Dalam jalan kebaikan yang engkau tempuh
30 April 2021
Hendra Setiawan
*)Â Serial Puisi Esai - Perempuan Pekerja (5)
**) Sebelumnya:Â
     (1)  Perempuan Penjual Kopi
    (2)  Sang Penghibur
    (3)  Sang Biduanita
    (4)  Penjual Semanggi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H