Â
Siapakah kau, kulihat sedang menenteng tas
Sambil menggenggam botol berisi kopi
Ya, kau ternyata penjual kopi kekinian
Kopi dalam botol yang ada mereknya
Kau, pekerjaanmu bak seorang SPG
Aktif berjalan kian kemari menawarkan dagangan
Kepada siapa saja yang kauanggap mau membelinya
"Lima ribu saja!" katamu
Ah, tapi sejenak aku jadi merasa risih
Saat kau mendatangi sekumpulan lelaki
Sepertinya mereka pelangganmu
Kau terlihat tak canggung sama sekali saat berhadapan
Ah, entah apa yang ada di pikiranku
Maafkanlah aku
Semoga aku salah menilai
Keakraban dan kegampanganmu dalam menjual produk
Kaum perempuan, profesimu seperti ini
Memang rawan untuk dinilai secara tidak baik
Stereotype mengajarkan salah terhadap kalian
Tubuhmu adalah nilai jualmu, bukan karena isi kepala yang cerdas
Kalian tidak bisa melawan pemilik kuasa
Untuk memberikan pilihan yang tak dapat ditolak
"Aku keberatan melakukannya."
Sanggahanmu tak berarti, pelamar berikutnya masih banyak yang menanti
Sesungguhnya, di antara kalian jelas merasa risih
Berpakaian tidak sekehendak hati
Terpaksa, hingga lama-lama jadi terbiasa
Sedih, tapi harus dijalani
Tunggu saatnya hingga suatu saat
Kau dapat tawaran yang lebih baik dari saat ini
Barulah kauputuskan untuk mengakhiri kegelisahanmu
Entah kapan tapi itu terjadi
Perempuan berkarya
Perempuan mencari kerja
Tapi lingkungan juga membentuk mereka
Ada di posisi nomor dua
Kapan pandangan yang tak adil ini bisa diakhiri
Kepada siapa harus mengadu
Baik-baiklah jaga diri
Agar sesat pandang jangan terus terjadi
28 April 2021
Hendra Setiawan
*) Serial Puisi Esai -Â Perempuan Pekerja (1)
**) Selanjutnya: Sang Penghibur, Sang Biduanita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H