Sudah banyak kasus dengan nyinyiran, orang bisa masuk penjara. Tapi senyatanya itu juga tak membuat kapok bagi yang lain. Ada saja ulah mereka yang tak mau belajar pada kasus-kasus sebelumnya. Jadi, pendidikan kita soal bermedia yang baik, tampaknya juga masih jauh panggang dari api.
           Â
Menulis yang Baik, Dibikin Asyik Saja
Banyak hal yang terjadi yang sebenarnya bisa membikin resah jiwa. Tetapi tidak banyak yang bisa mengungkapkan keresahan itu secara estetis. Wola... Istilahnya, hehe....
Ya, pinjam istilah, boleh kan, ya.... .
Etis dan estetis. Etika dan estetika. Etis, etika, berkaitan dengan sisi moral, nilai kebaikan. Estetis, estetika, lebih mengarah pada nilai jual, yang dilihat orang lain.
Jadi menulis dengan memasukkan dua prinsip itu, juga tidak mudah. Kebanyakan kalau ada sesuatu peristiwa yang mengganjal maka komentar pertama biasanya "sadis".
"Wah, be-o-de-o, go-blog, xxxxxx (sensor kebun binatang)," dan seterusnya.
Nah, menuliskan tanggapan atau komentar, bagi pemilik 'jiwa-jiwa pemberontak', mendingan dibuat asyik-asyik saja. Tidak perlu ikut 'mencemarkan diri' dalam kelompok yang 'ekstrim' tadi (main 'hantam kromo')
Kalau memang di forum tersebut, kita tidak bisa memaparkan sanggahan atas 'sebuah isu yang diangkat' secara serius, argumentasi logis, dan data analisa yang kuat. Paling tidak, tanggapan sederhana bisa menekan penyebaran informasi yang sesat logika. Â
Bisa jadi, paparan dan dinamika yang terjadi tersebut diambil saja saripatinya, lalu menjadikannya sebuah bentuk tulisan yang baru. Bagi saya, itu juga bisa menjadi salah satu cara buat belajar menulis yang tidak sekadar bercerita (naratif).