Kalau melihat ornamen yang dipasang adalah sejenis penjor kalau ada acara 17 Agustus atau orang punya hajat perkawinan. Batang bambu melengkung di bagian ujungnya yang dipasang di tepi jalan. Hiasannya adalah dengan menambahkan daun aren dan kelapa muda (janur) serta gantungan yang disebut sampian.
Umat yang merayakannya, kalau dilihat dari pakaian yang dikenakan, mayoritas berwarna putih dan kuning. Apakah itu yang dinamakan Kuningan, dari kata warna kuning? Warga awam kan tak tahu soal ini. Terus, kalau Galungannya sendiri yang seperti apa?
Merujuk tulisan soal dua hari besar keagamaan Hindu Indonesia, Galungan itu sebuah hari untuk memperingati terciptanya alam semesta jagad raya beserta seluruh isinya. Perayaan ini dilakukan setiap 6 bulan Bali (210 hari) yaitu pada hari Budha Kliwon Dungulan (Rabu Kliwon wuku Dungulan)
Galungan juga dipakai untuk merayakan kemenangan kebaikan (dharma) melawan kejahatan (adharma). Sebagai bentuk ucapan syukurnya, umat Hindu melakukan persembahan pada Sang Hyang Widhi dan Dewa Bhatara.
Kalau Hari Raya Kuningan atau sering disebut Tumpek Kuningan jatuh pada hari Sabtu Kliwon wuku Kuningan. Pada hari itu, mereka memasang tamiang, kolem, dan endong.
Tamiang adalah simbol senjata Dewa Wisnu karena menyerupai Cakra dan disimbolkan sebagai penolak marabahaya. Kolem adalah simbol senjata Dewa Mahadewa dan sebagai simbol tempat peristirahatan Hyang Widhi, para Dewa, dan leluhur. Sedangkan endong adalah simbol kantong perbekalan yang dipakai oleh para Dewata dan leluhur saat berperang melawan adharma.
Endongan digunakan sebagai simbol persembahan kepada Hyang Widhi. Tamiang kolem dipasang pada semua palinggih, bale, dan pelangkiran. Sedangkan endong dipasang hanya pada palinggih dan pelangkiran.
Tujuan pelaksanaan upacara Kuningan ini adalah untuk memohon kesentosaan, kedirgayuan, serta perlindungan dan tuntunan lahir dan batin. Tradisi ini merupakan simbol persembahan kepada leluhur yang sudah meninggal agar diberi tempat yang layak di alam sana. Secara niskala (tidak nyata), umat memberikan sesajen dan secara skala (nyata), umat memberikan uang sebagai bentuk nyata.
Keunikan hari raya Kuningan selain penggunaan mayoritas warna kuning adalah yaitu persembahyangan harus sudah selesai sebelum pukul 12.00 siang (tengai tepet). Sebab menurut umat Hindu, persembahan dan persembahyangan setelah pukul 12.00 hanya akan diterima Bhuta dan Kala, karena para Dewata semuanya telah kembali ke Kahyangan.
Rahajeng nyanggra rahina jagat Galungan lan Kuningan semeton titiang semuanya. Dumogi Ida Sang Hyang Widhi ngicenin kerahayuan...Â