Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Cerita di Balik Awan: Adu Kekuatan Hitam Versus Putih

31 Maret 2021   18:10 Diperbarui: 31 Maret 2021   18:12 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mendung tak berarti hujan," begitu kata lirik sebuah lagu cinta. Ya, betul. Tak selamanya datangnya mendung akan membawa hujan. Lihat dulu mendungnya seperti apa.

Mendung yang bisa dilihat secara kasat mata, terjadi karena peran awan yang menyertai. Sebagai salah satu penanda alam, awan memang cukup penting keberadaannya. Secara ekstrim, dia dapat dikatakan sebagai 'penentu nasib' mahkluk hidup yang ada di bawahnya.

Awan bisa bertindak menjadi "payung" bumi. Ia mendinginkan bumi dengan cara memantulkan cahaya matahari agar menjauh dari permukaan bumi dan kembali menuju angkasa.

Namun, awan juga bisa bertindak sebagai "selimut penghangat" bumi. Ia memanaskan bumi. dengan cara mencegah sebagian panas di atmosfer lepas ke angkasa, dalam wujud radiasi infra merah.

Efek "selimut" ini bisa dirasakan saat musim dingin tiba. Pada malam hari yang berawan, biasanya terasa lebih hangat dibandingkan malam hari cerah.

Kalau ada pertanyaan, lebih mendominasi mana awan yang bertindak sebagai "payung", ataukah sebagai "selimut" dalam hari-hari yang ada? Semua itu bergantung kepada ketinggian dan ketebalan awan itu sendiri.

Sebagai patokan umum, semakin tinggi ia berada, awan akan semakin efektif mencegah panas lepas ke udara. Semakin tebal, maka awan juga semakin efektif memantulkan cahaya matahari menjauhi permukaan Bumi.

Awan-awan yang letaknya tinggi dan tipis, dia mampu meloloskan cahaya matahari, sembari mencegah panas ke udara dalam bentuk radiasi inframerah. Hal ini akan memberikan efek pemanasan pada bumi.

Sementara awan-awan yang posisinya rendah dan tebal, maka dia akan memantulkan cahaya matahari. Ia memiliki dampak sedikit bagi terlepasnya radiasi inframerah ke angkasa. Hal ini akan menciptakan efek pendinginan.

Ilustrasi: Paulo Ceppi, dalam https://theconversation.com
Ilustrasi: Paulo Ceppi, dalam https://theconversation.com

Awan Pembentuk Hujan

Awan yang terlihat menggantung di langit, sebuah benda putih mirip kapas melayang. Pernah tahu, atau bahkan sering melihat model begini? Ia tidaklah bisa diamati persis sama dari waktu ke waktu. Akan ada perubahan-perubahan yang nampak. Bisa cepat, bisa pula lambat. Pernah kan merasakan hal ini?

Awan itu sebenarnya adalah gumpalan uap air dan kristal es yang terapung di atmosfir yang sangat kecil, atau campuran dari keduanya, yang tersuspensi (tercampur) di udara. 

Secara teori, jenis awan dapat dibagi menjadi tiga tingkat yang didasarkan pada ketinggian awan tersebut. Kalau ditotal, ada 10 macam dasar.

A.  Awan tingkat tinggi, berada pada ketinggian 5-13 km. Penamaannya adalah: cirrus, cirrocumulus, dan cirrostratus.

B. Awan tingkat menengah, berada pada ketinggian 2-7 km. Penamaannya adalah: altocumulus, altostratus, dan nimbostratus.

C. Awan tingkat rendah, berada pada ketinggian 0-2 km. Penamaannya adalah: stratus, cumulus, cumulonimbus, dan stratocumulus.

Tidak usah dijabarkan satu-satu ya. Jadi terlalu panjang nanti. Toh ini juga bukan bahasan pelajaran biologi, hehe...  Bisa dilihat sendiri di SUMBER 1 dan SUMBER 2 untuk rujukan tulisan ini.

Jelasnya, tidak semua jenis awan di atas mampu menghasilkan hujan. Hanya sebagian saja, dan di antaranya adalah:

1. Awan Cirrostratus (kategori A), yang hampir selalu bergerak ke arah barat. Ketika awan ini terlihat, biasanya curah hujan akan segera terjadi dalam 24 jam ke depan.

2. Awan Altostratus (kategori B), ia sebenarnya tidak mampu menghasilkan hujan lebat. Namun ketika ia berubah menjadi awan Nimbostratus yang penuh dengan kelembapan, maka dapat menghasilkan hujan deras.

3. Nama Nimbostratus (kategori B) berasal dari bahasa latin nimbus yang berarti "hujan" dan stratus artinya "menyebar". Awan suram inilah yang menjadi pertanda pembawa hujan lebat. Keberadaannya mampu membentuk lapisan awan tebal dan gelap, yang sepenuhnya dapat menghalangi cahaya matahari.

4. Awan Cumulus (kategori C) adalah tanda cuaca cerah, namun terkadang ia juga bisa mengeluarkan air dalam bentuk hujan ringan.

5. Jika terlihat awan Cumulonimbus (kategori C), pertanda akan ada badai petir yang terjadi di suatu tempat.

6. Awan Stratocumulus umumnya memiliki warna abu-abu terang sampai gelap. Orang sering mengira hujan akan segera turun ketika mereka melihat awan ini. Pada kenyataannya, ia hanya menghasilkan sedikit gerimis dari awan ini.

Menafsir Bentuk Awan

Sudah lebih paham ya, dengan penjelasan di atas. Anggaplah itu teorinya. Sekarang, pada praktiknya.

Mengotak-atik bentuk awan di langit ternyata bisa menyenangkan. Membuat otak bekerja dan berkreasi. Melakukan imajinasi. Biar tetap pintar, dan tak gampang kena penyakit pikun. Itu resep kesehatannya.

Jamak dikatakan kalau warna hitam atau gelap itu perlambang keburukan, jelek, jahat, dan seterusnya. Lawannya, warna putih digambarkan sebagai bentuk kebaikan, bagus.

Bentuk awan setidaknya bisa memberikan gambaran perlambang tersebut. Alam ternyata bisa menjelaskan pertanda ini lebih lanjut. Ia memberikan lambang yang amat jelas, yang bisa ditangkap oleh indera. Tidak percaya? Yuk, simak gambar-gambar berikut ini.

Silakan juga kalau mau berpendapat. Berbeda pun tak mengapa. Namanya juga bermain dunia imajinasi. Salah juga tak didenda, benar pun tak dapat hadiah. Hehehe...

(1). Foto Awan Putih

Foto: dok. pribadi
Foto: dok. pribadi
(2). Foto Awan Hitam

Foto: dok. pribadi
Foto: dok. pribadi
 (3). Awan Putih versus Awan Hitam

Foto: dok. pribadi
Foto: dok. pribadi
Ops, ternyata begitu, ya, kalau diperhatikan seksama? Makanya, tak heran, tampang wajah para penjahat, orang-orang yang punya hati buruk, raut mukanya juga terlihat suram, tidak mengenakkan. Rasanya tidak nyaman dekat-dekat mereka.

Berbeda dengan orang-orang yang ramah, tak suka marah-marah. Hati yang diliputi cinta kasih, dia akan terlihat lebih teduh dan damai. Bisa menenangkan, enak dipandang.

Kembali pada bahasan tentang awan tadi. Awan hitam memang sering menimbulkan was-was dan rasa cemas. Tapi bila ada awan putih, terasa biasa saja. Tak membuat efek takut.

Jadi, memang tampaknya lebih enak berada atau memandang yang putih ketimbang hitam. Hitam itu menakutkan. Putih itu menggembirakan.

30 Maret 2021

Hendra Setiawan

*) Tulisan terkait tentang Hujan:

1. Artikel  Memanfaatkan Air Hujan

2. Puisi  Hujan Sepagi Ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun