Awan yang terlihat menggantung di langit, sebuah benda putih mirip kapas melayang. Pernah tahu, atau bahkan sering melihat model begini? Ia tidaklah bisa diamati persis sama dari waktu ke waktu. Akan ada perubahan-perubahan yang nampak. Bisa cepat, bisa pula lambat. Pernah kan merasakan hal ini?
Awan itu sebenarnya adalah gumpalan uap air dan kristal es yang terapung di atmosfir yang sangat kecil, atau campuran dari keduanya, yang tersuspensi (tercampur) di udara.Â
Secara teori, jenis awan dapat dibagi menjadi tiga tingkat yang didasarkan pada ketinggian awan tersebut. Kalau ditotal, ada 10 macam dasar.
A. Â Awan tingkat tinggi, berada pada ketinggian 5-13 km. Penamaannya adalah: cirrus, cirrocumulus, dan cirrostratus.
B. Awan tingkat menengah, berada pada ketinggian 2-7 km. Penamaannya adalah: altocumulus, altostratus, dan nimbostratus.
C. Awan tingkat rendah, berada pada ketinggian 0-2 km. Penamaannya adalah: stratus, cumulus, cumulonimbus, dan stratocumulus.
Tidak usah dijabarkan satu-satu ya. Jadi terlalu panjang nanti. Toh ini juga bukan bahasan pelajaran biologi, hehe... Â Bisa dilihat sendiri di SUMBER 1Â dan SUMBER 2 untuk rujukan tulisan ini.
Jelasnya, tidak semua jenis awan di atas mampu menghasilkan hujan. Hanya sebagian saja, dan di antaranya adalah:
1. Awan Cirrostratus (kategori A), yang hampir selalu bergerak ke arah barat. Ketika awan ini terlihat, biasanya curah hujan akan segera terjadi dalam 24 jam ke depan.
2. Awan Altostratus (kategori B), ia sebenarnya tidak mampu menghasilkan hujan lebat. Namun ketika ia berubah menjadi awan Nimbostratus yang penuh dengan kelembapan, maka dapat menghasilkan hujan deras.
3. Nama Nimbostratus (kategori B) berasal dari bahasa latin nimbus yang berarti "hujan" dan stratus artinya "menyebar". Awan suram inilah yang menjadi pertanda pembawa hujan lebat. Keberadaannya mampu membentuk lapisan awan tebal dan gelap, yang sepenuhnya dapat menghalangi cahaya matahari.