Overthinking bisa diartikan sebagai pikiran yang berlebihan. Berpikir lebih dari yang diharapkan. Kalau diartikan lebih luas ke arah positif, bisa juga diartikan sebagai cita-cita, harapan, keinginan. Tapi yang ini agak melenceng pengertiannya, tapi bisa juga sebagai pembanding dari istilah bahasa aslinya.
Kalau mau diibaratkan. overthinking seperti orang sok yakin. Berpikir dulu yakin bisa atau mampu sebelum ia melakukan sesuatu yang dipikirkan itu. Misalnya mau naik ke lantai 5 pada sebuah gedung atau bangunan vertikal tempat sebuah acara sedang berlangsung. "Sudah, tak usah menggunakan lift. Orangnya sudah berjubel."
Overthinking dulu bisa mencapai lima lantai dengan menaiki anak tangga yang ada. Kalau nanti ternyata dia hanya kuat di tiga lantai, itu urusan belakangan. Overthinking-nya tak terbukti.
Overthinking Wajar
Berpikir yang lebih, sebenarnya bukan sesuatu yang dapat dianggap benar atau salah. Tetapi memang harus mendudukkannya pada porsi yang tepat. Kalau overthinking-nya terlalu tinggi, tidak diimbangi dengan kemampuan diri, jelas akan muncul rasa kecewa. Tidak sesuai dengan bayangan, jauh dari ekspektasi.
Penyikapan secara salah atau negatif, bisa jadi nglokro, semangat turun atau putus asa. Tapi kalau bisa melihat dar sudut pandang lain, ini semestinya malah bisa menjadi sebuah pelajaran baik. Berguna untuk mengoreksi kesalahan yang sebelumnya, memperbaiki lagi kekurangan yang ada. Supaya ke depan bisa melakukan yang lebih baik lagi.
Jadi kalaupun tetap punya overthinking, kalaupun nanti tetap tidak sesuai dengan harapan awal, rasa kecewanya tadi sudah tidak terlalu besar seperti kejadian sebelumnya.
Tanpa Overthinking Bisa Top One
Overthinking, saya lebih menyukainya pengertian ini sebagai sebuah harapan atau optimisme. Beberapa kali atau mungkin sering saya berada di titik ini. Kalau nantinya meleset, ya pasti muncul rasa kecewanya. Kadang juga tepat sesuai prediksi. Atau justru kalau tanpa overthinking (atau orang menyebutnya low profile), sebaliknya justru malah mendapatkan hasil yang lebih dari yang dipikirkan tadi.
Misalnya dalam gambat ilustrasi di atas tadi. Jelas ada overthinking di sana. Siapa sih yang tak ingin menjadi juara? Tapi kalau hasil akhirnya hanya mampu menggondol peringkat tengah, ya bukan salah overthinking-nya. Overthinking bisa jadi pembelajaran.
Contoh sederhana lainnya dalam konteks dekat dengan aktivitas menulis di kanal bersama Kompasiana ini. Dua tulisan yang saya buat dan tayang pada hari yang sama, Senin, 3 hari lalu (22 Maret) Pertama, Bertanam Itu Mudah, Tak Usah Berkeluh Kesah. Kedua, Memanfaatkan Air Hujan.