Ramainya jagad maya yang berpusat pada olahraga catur memang tak seramai bulutangkis (badminton) atau sepak bola. Meskipun sebenarnya catur juga menjadi olahraga rakyat. Ia kerap dimainkan oleh banyak orang di berbagai tempat dan waktu. Misalnya sekadar pengisi waktu jaga di pos ronda, atau saat ada hajatan tetangga. Atau kalau agak formal dalam kegiatan jelang 17 Agustus atau digelar dalam acara malam tirakatan 16 Agustus-nya.
***
Di jalanan pusat keramaian kaki lima atau dekat pusat perbelanjaan, terkadang juga masih bisa dijumpai orang menggelar papan catur. Mengajak orang yang lewat beradu otak mengalahkan lawan dengan melalui 3 langkah ("Catur Tiga Langkah").
Akivitas ini juga menarik, banyak juga orang yang menonton. Tapi memang ada harga yang dibayar untuk bisa membawa pulang sejumlah uang yang ditawarkan pecatur jalanan tadi. Murah meriah saja harganya. Hanya untuk senang-senang saja.
***
Usai tanding persahabatan yang dilakukan selama 3 dari 4 babak yang direncanakan ini, tentu ada pengalaman berharga yang dapat dipetik.
Dari pihak pemain, Dadang Subur dengan legawa mengakui keunggulan dan memuji permainan Irene. Pun sebaliknya, Irene pun demikian. Ia senang bisa bertanding dengan orang yang sudah membuat kehebohan internasional dunia catur jagad maya. Harapannya, jangan lagi ada bully terhadap Pak Dadang.
***
Dunia catur seakan naik kelas kembali, dilirik jutaan orang. Bahkan dalam kolom komentar di akun resminya (karena sudah ada yang mengedit-ulang tayangan), banyak juga penonton yang baru tahu nama Irene. "Wah, pelanggaran ini, atau jangan-jangan yang kometar masih hidup di zaman Flinstone kali, ya... Â :)"
Ada juga komentar jujur yang mengatakan ia sama sekali buta catur tapi nekat menonton sampai habis. "Demi apa coba?!"
***