Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ke Mana Dongengku Pergi? (Bagian 1/2)

21 Maret 2021   17:20 Diperbarui: 21 Maret 2021   17:44 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pixabay.com

Dalam hubungan kekeluargaan tingkat pertama, orang tua langsung bercerita kepada anak, rasanya sudah umum. Tetapi apakah cerita tadi dalam bentuk dongeng, belum tentu juga terjadi.

Dongeng pada saat ini sepertinya sudah jarang lagi diperdengarkan dari orang tua kepada anak. Tidak jauh-jauh, saya sendiri juga mengalami hal ini. Orang pertama yang menceritakan “dongeng” dalam arti sebernarnya adalah nenek. Orang tua, sesekali pernah juga, tapi sudah tak ajeg (rutin)Cerita diri, cerita nyata, malahan yang ada.

Rasanya senang saja waktu kecil mendengar sebuah tuturan cerita. Cerita legendarisnya adalah tentang Si Kancil. Masih banyak yang paham kan dengan cerita ini? Jadi tak usah dituliskan ulang ya... Sudah tahu sama tahu.

Si Kancil Mencuri Ketimun (Kancil Nyolong Timun) atau Si Kancil memperdayai buaya. Klasik kan ini, bahkan ada lagunya. Berkat lagu anak-anak itu, memori masa lalu tak ‘kan terlupa.

Tentunya, cerita atau dongeng punya pesan khusus, pesan terselip. Dongeng mengajarkan nilai moral, nilai etis yang tentu akan kelak mempengaruhi sikap mental dan perilaku anak di masa datang.

Ya, semoga saja dongeng-dongeng warisan leluhur ini ‘tak ‘kan hilang, hanya karena penuturnya sendiri sudah tak mau meneruskannya.

21 Maret 2021

Hendra Setiawan

 

 *) bersambung: Dongeng Klasik Buat Masa Depan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun