Dalam hubungan kekeluargaan tingkat pertama, orang tua langsung bercerita kepada anak, rasanya sudah umum. Tetapi apakah cerita tadi dalam bentuk dongeng, belum tentu juga terjadi.
Dongeng pada saat ini sepertinya sudah jarang lagi diperdengarkan dari orang tua kepada anak. Tidak jauh-jauh, saya sendiri juga mengalami hal ini. Orang pertama yang menceritakan “dongeng” dalam arti sebernarnya adalah nenek. Orang tua, sesekali pernah juga, tapi sudah tak ajeg (rutin). Cerita diri, cerita nyata, malahan yang ada.
Rasanya senang saja waktu kecil mendengar sebuah tuturan cerita. Cerita legendarisnya adalah tentang Si Kancil. Masih banyak yang paham kan dengan cerita ini? Jadi tak usah dituliskan ulang ya... Sudah tahu sama tahu.
Si Kancil Mencuri Ketimun (Kancil Nyolong Timun) atau Si Kancil memperdayai buaya. Klasik kan ini, bahkan ada lagunya. Berkat lagu anak-anak itu, memori masa lalu tak ‘kan terlupa.
Tentunya, cerita atau dongeng punya pesan khusus, pesan terselip. Dongeng mengajarkan nilai moral, nilai etis yang tentu akan kelak mempengaruhi sikap mental dan perilaku anak di masa datang.
Ya, semoga saja dongeng-dongeng warisan leluhur ini ‘tak ‘kan hilang, hanya karena penuturnya sendiri sudah tak mau meneruskannya.
21 Maret 2021
Hendra Setiawan
*) bersambung: Dongeng Klasik Buat Masa Depan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H