Tiga hari lalu (16/3), tanpa diduga, tanpa dinyana, salah satu tulisan saya (Microsleep, Kantuk yang Bisa Membahayakan) statusnya diganjar predikat "Artikel Utama".
Pengulangan ini terjadi lagi sejak terakhir pada jelang penutupan tahun di bulan Desember 2020 lampau. Tiga bulan lalu; lama juga ternyata.
Ya, tahunya 'naik peringkat' ini juga tidak sengaja. Hanya mau melihat kembali tayangan 2 tulisan terbaru setelahnya yang masih dalam satu rangkaian tema.
Tetiba dalam satu deretan kumpulan tulisan itu,  melihat ada perubahan gambar ilustrasi di salah satu tulisan  tadi. Sepertinya ada yang dibenahi oleh Admin (Moderator Kompasiana).
Dan, tepat dugaan saya. Perbaruan itu ternyata malah mendapat "hadiah istimewa". Kotak label birunya berganti tanda dengan hadirnya sebuah tulisan "Artikel Utama".
Yuhui, asyikk... Ini artinya seperti mendapat rejeki poin tertinggi pada sebuah game. Nilai maksimal yang berhasil dikumpulkan pada permainan digital.
***
"Artikel Utama". Siapa yang tak ingin karyanya masuk jajaran 'rekomendasi kasta tertinggi' seperti ini? Bak kelas akselerasi, ini berarti sebuah karya mendapat kehormatan khusus untuk bisa tampil di latar utama.
Menyenangkan rasanya. Bisa jadi pengobat rasa pada tulisan yang bila sebelumnya tidak mendapatkan perubahan status apa-apa. Hanya jadi sekadar pajangan tulisan biasa saja.
Bagi saya, ganjaran manis bernama "Artikel Utama" bisa menjadi salah satu tolok ukur 'keberhasilan' penulis dalam penyajian tulisan yang berbobot.
***
Memang terkadang sesekali muncul rasa "iri" membandingkan jenis tulisan panjang dan pendek. Keduanya memang secara adil dan merata, punya kans sama untuk mendapat label "Pilihan" ataupun "Artikel Utama". Tetapi kan berbeda porsinya?
Ibarat pertarungan lomba masak ala masterchef. Ternyata ada peserta dengan penggunaan bahan terbatas dan sederhana, waktu masak lebih cepat; bisa mendapatkan apresiasi yang bagus dari para juri.
Sementara, sama juga dengan peserta lain yang menggunakan bahan baku cukup banyak, melimpah ruah. Mengolahnya menjadi sebuah masakan yang komplit. Tapi penilaian dari para juri, juga memberi apresiasi yang tidak berbeda dengan peserta sebelumnya tadi.
Dari sisi peluang, ini adalah kompetisi yang penilaiannya "jujur dan berimbang". Sebab yang dinilai bukan sekadar satu dua kriteria, tapi lebih kepada hasil akhirnya. Citarasa masakan sebagai sebuah sajian yang dapat dimakan, dinikmati dengan enak oleh lidah si penilai.
***
Tak mengapalah, jika sesekali muncul rasa dan rerasan seperti itu. Toh, semuanya juga kembali berpulang pada 'kebanggaan dan kepuasan diri' dari si pembuat karya itu sendiri. Ia terus fight berkarya dengan membuat tulisan dengan kriteria yang "baik"  atau "baik sekali." Atau justru dengan semangat yang jadi kendor.
Pelabelan pihak ketiga yang "netral" bisa jadi sebuah self reward. Penghargaan kepada diri sendiri bahwa karyamu itu memang bagus. Layak untuk tidak saja 'direkomendasikan'. Tapi juga berhak mendapatkan 'kepujian' untuk bisa nangkring dan nongkrong di "halaman utama" tampilan situs. Self reward yang bisa membuat betah untuk menghasilkan kualitas karya yang sama sesudah itu.
***
Betewe, "hadiah" penambah rasa manisnya tadi, ternyata bisa juga menduduki posisi teratas. Wah, sesuatu banget nih... Â :)
Beruntun lagi, kemarin (18/3), karya terbarunya (Monumen "Peniwen Affair", Pengakuan Dunia atas Perjuangan PMR) juga menyusul mendapatkan tempat "Terpopuler" runner-up kategori 'Wisata'.Â
Nah, berhubung ini hal yang amat jarang terjadi, tak ada salahnya diabadikan, hehe.... Selain bisa buat kenangan, siapa tahu bermanfaat bagi yang lainnya. Minimal buat inspirasi, "Saya bisa, Andapun juga bisa!"Â
Kesempatan dan peluang ini tentu terbuka bagi siapa saja. Tidak ada monopoli pada nama yang sama. Semua  karya suatu saat tentu bisa menempati posisi yang 'diidamkan'. Tinggal tunggu kronos dan kairos (waktu dan kesempatan)-nya saja.
Terima kasih ya, buat siapa saja yang sudah membaca, memberi 'vote'Â dan apresiasinya... :)Â
19 Maret 2021
Hendra Setiawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H