Memang terkadang sesekali muncul rasa "iri" membandingkan jenis tulisan panjang dan pendek. Keduanya memang secara adil dan merata, punya kans sama untuk mendapat label "Pilihan" ataupun "Artikel Utama". Tetapi kan berbeda porsinya?
Ibarat pertarungan lomba masak ala masterchef. Ternyata ada peserta dengan penggunaan bahan terbatas dan sederhana, waktu masak lebih cepat; bisa mendapatkan apresiasi yang bagus dari para juri.
Sementara, sama juga dengan peserta lain yang menggunakan bahan baku cukup banyak, melimpah ruah. Mengolahnya menjadi sebuah masakan yang komplit. Tapi penilaian dari para juri, juga memberi apresiasi yang tidak berbeda dengan peserta sebelumnya tadi.
Dari sisi peluang, ini adalah kompetisi yang penilaiannya "jujur dan berimbang". Sebab yang dinilai bukan sekadar satu dua kriteria, tapi lebih kepada hasil akhirnya. Citarasa masakan sebagai sebuah sajian yang dapat dimakan, dinikmati dengan enak oleh lidah si penilai.
***
Tak mengapalah, jika sesekali muncul rasa dan rerasan seperti itu. Toh, semuanya juga kembali berpulang pada 'kebanggaan dan kepuasan diri' dari si pembuat karya itu sendiri. Ia terus fight berkarya dengan membuat tulisan dengan kriteria yang "baik"  atau "baik sekali." Atau justru dengan semangat yang jadi kendor.
Pelabelan pihak ketiga yang "netral" bisa jadi sebuah self reward. Penghargaan kepada diri sendiri bahwa karyamu itu memang bagus. Layak untuk tidak saja 'direkomendasikan'. Tapi juga berhak mendapatkan 'kepujian' untuk bisa nangkring dan nongkrong di "halaman utama" tampilan situs. Self reward yang bisa membuat betah untuk menghasilkan kualitas karya yang sama sesudah itu.
***
Betewe, "hadiah" penambah rasa manisnya tadi, ternyata bisa juga menduduki posisi teratas. Wah, sesuatu banget nih... Â :)
Beruntun lagi, kemarin (18/3), karya terbarunya (Monumen "Peniwen Affair", Pengakuan Dunia atas Perjuangan PMR) juga menyusul mendapatkan tempat "Terpopuler" runner-up kategori 'Wisata'.Â