Masing-masing kelompok tinggal, lalu dipimpin oleh warga setempat menuju pada rumah kediaman masing-masing. Jadi tugasnya mengepalai rombongan dan menunjukkan kepada si pemilik rumah, siapa atau berapa orang yang akan menginap di sana.
Setelah tugas menghantar kelompok putri selesai, berlanjut ke kelompok putra. Awal-awal tentu saja semua bersemangat. Pengalaman baru, sambil melihat-lihat rumah dan pemandangan. Sesekali pemandu jalan bertepur sapa pada warga. “Ke mana? Ke rumah Pak A atau Bu B.”
Sembari bercerita tentang desanya, bagaimana cara hidup mereka, juga saling melontarkan pertanyaan. Berhubung merasa tidak sampai-sampai tujuan, salah seorang teman bertanya. “Pak, masih jauh?”
“Ah, nggak, kok. Sudah kelihatan depan situ,” sembari mendongakkan kepalanya ke arah tujuan. Lalu berlanjutlah jalan-jalan hingga pada tujuan.
Setelah berbasa-basi dengan tuan rumah dan beristirahat melepas lelah sejenak, karena sore menjelang malam itu harus berkumpul lagi, obrolan canda lagi-lagi terjadi. “Wah, Bapaknya tadi keterlaluan. Masak jaraknya segini dibilang dekat,” seakan protes.
Maklumlah lokasi desa ini tidak saja terdiri jalan datar, tapi juga lokasi menginapnya ada yang berada pada posisi lebih tinggi. Jadi dengan jalan agak menanjak, bisa membuat kaki pegal. “Iya, gunungnya juga kelihatan. Dekat kok...” Hahaha...
Sejak itulah kami membuat kode khusus kalau merujuk jaraj dekat atau jauh yang ditunjukkan warga desa. Lihat saja cara mereka mendongakkan kepala dalam menunjukkan jarak. Kalau makin ke atas berarti jarak dekatnya makin jauh. Jadi siap-siap mental saja. Hehe, ada-ada saja...
Baik, cukup dulu intermezzo basa-basinya. Sekarang berlanjut pada kisah utamanya.
Pada mula berdirinya di bawah pimpinan Kiai Sakejus bersama 20 orang lain membuka hutan (17 Agustus 1880), nama baru yang diberikan adalah Dukuh Krajan, yang bergabung dengan Desa Kromengan. Baru kemudian pada 1895, terjadi perubahan administrasi. Dukuh Krajan lalu berkembang menjadi desa terpisah, yang bernama Desa Peniwen.
Cerita heroik dari Desa Peniwen bermula dari sejak adanya agresi militer II. Saat dimulainya KNIL melakukan upaya penyerangan ke Kediri melalui Blitar.