Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapresiasi Perjuangan Kaum Perempuan

8 Maret 2021   16:10 Diperbarui: 8 Maret 2021   16:48 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pixabay.com

Hari ini, 8 Maret, dunia internasional memperingatinya sebagai Hari Perempuan Internasional atau Hari Wanita  Sedunia.

Konon sejarah peringatan ini bermula pada tahun 1908. Waktu itu ada sebanyak 15.000 wanita berbaris di New York City. Mereka menuntut adanya jam kerja yang lebih pendek, gaji yang lebih baik, dan hak untuk memilih.

Setahun kemudian, hari Perempuan Nasional dideklarasikan oleh Partai Sosialis Amerika. Hari Perempuan Nasional itu untuk pertama dirayakan di Amerika Serikat pada 28 Februari. Lalu dirayakan setiap hari Minggu terakhir di bulan Februari sampai tahun 1913.

Ide untuk membuat perayaan di tingkat internasional datang dari seorang wanita bernama Clara Zetkin. Aktivis ini menggagas hal ini melalui Konferensi Internasional Wanita Pekerja di Kopenhagen pada tahun 1910. Kala itu terdapat 100 wanita dari 17 negara di konferensi tersebut. Mereka menyetujui saran itu dengan suara yang bulat.

Namun demikian, tanggal  khusus untuk memperingatinya belum diputuskan. Barulah ada perayaan Hari Perempuan Internasional pada 1911 di Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss. Tanggalnya adalah 19 Maret.

Lewat disksusi panjang, pada 1913 disetujui bahwa perayaan Hari Perempuan Internasional jatuh pada 8 Maret secara global. Oleh PBB, pengakuan ini baru membuahkan hasil pada 1975, saat perayaan bersama ini diselenggarakan secara bersama-sama.

Versi PBB

Kisah lain dari sejarah munculnya peringatan Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret didasarkan pada pergolakan demonstran perempuan Rusia yang terjadi pada tahun 1917. Saat itu berada dalam kondisi hampir hancur ketika Perang Dunia I terjadi. Dampak buruk itu menyebabkan tekanan pada ekonomi yang lemah di negara itu.

Aksi turun ke jalan secara besar-besaran itu hingga 100.000 orang yang memadati area. jalan-jalan di Saint Petersburg (dulu Petrograd). Mereka menuntut Pemerintah Rusia di bawah kepimpinanan Tsar Nicholas II agar memberi makan anak-anak dan mengakhiri Perang Dunia I.

Mereka juga melakukan pemogokan dan membawa slogan-slogan menuntut untuk diakhirinya dinasti Romanov yang memerintah Rusia sejak 1613. Tentu, bukan berarti kaum lelaki berdiam diri. Tdak, mereka juga ikut serta, tapi motor dan penggeraknya lebih dominan kaum wanita.

Protes damai pada beberapa tempat akhirnya berubah menjadi kerusuhan. Bentrokan antara demonstran dengan pasukan Tsar mulai terjadi dan meyebabkan korban berjatuhan.

Kelak, kerusuhan ini memicu Revolusi Februari semakin besar yang berdampak pada Tsar Nicholas II turun tahta pada 15 Maret 1917. Berhubung di Rusia masih menggunakan penanggalan Julis, maka tanggal gerakan tersebut tercatat pada hari Minggu 23 Februari. Sehinga bila dikonversikan ke kalender Gregorian jatuhnya adalah 8 Maret.


Bias Gender Bukan Hal Biasa

Dalam perjalanan waktu, sampai pada 2001 payung organisasi Hari Perempuan Internasional memiliki wadah dengan nama internationalwomensday.com. Bidang fokusnya adalah untuk merayakan, menunjukkan pencapaian wanita, dan menyuarakan ketidaksetaraan gender.

Pada tahun 2021ini, tema peringatan yang dalam bahasa asing disebut International Women's Day (IWD) akan mengangkat tema #ChooseToChallenge.  Alasan dipilihnya tema ini adalah bahwa perempuan dapat memilih untuk melakukan penentangan dan menyuarakan bias dan ketidaksetaraan gender.

Ada yang kurang tepat yang terjadi di dalam kultur masyarakat dalam memandang peran dan kodrat wanita. Secara pengetahuan dan iman, manusia lelaki dan perempuan diciptakan sama. Namun demikian, secara biologis dan fisiologis mempunyai kodrat yang berbeda.

Kodrat merupakan hal yang bersifat mutlak dan bersifat universal. Tidak bisa dipertukarkan posisinya. Misalnya perempuan mengalami masa menstruasi, bisa hamil dan menyusui. Itu disebut kodrat. Tak ada yang yang bisa menggantikannya. Sementara, soal peran seperti mengasuh, merawat, dan mendidik anak, posisinya bisa dipertukarkan dengan lelaki.

Sedangkan soal bias dan kesetaraan gender merupakan pembagian peran yang seimbang antara lelaki dan perempuan. Siapa yang mengatur, tentu oleh manusianya sendiri. Manusia dalam kelompok, komunitas, dan masyarakat ini bersifat dinamis. Maka sangat mungkin ada perlakuan yang berbeda dari kelompok masyarakat satu dengan yang lain.

Munculnya isu gender dilatarbelakangi oleh adanya ketidakpuasan perlakuan terhadap kaum perempuan. Pemosisian perempuan pada tempat di belakang, menjadikannya sulit untuknya menjadi mitra sejajar dengan lelaki. Hubungannya menjadi timpang. Ketimpangan ini berakibat negatif. Maka yang terjadi, situasi kehidupan ada dalam posisi "harmoni dalam berbeda".

Dengan adanya struktur sosial yang menempatkan perempuan secara tidak adil terhadap lelaki, melahirkan banyak masalah. Seperti tindakan marginalisasi, subordinasi, dan stereotype. Perempuan hanya dipandang nomor kesekian, direndahkan secara fisik, dan sasaran pelecehan secara tubuh seksual.

Hal ini tidak saja bisa nampak dalam tingkat terkecil keluarga (rumah tangga), namun dalam lingkungan adat dan sosial masyarakat, organisasi atau tempat kerja. Makin meningkat lagi dalam sistem ketatanegaraan.

Perjuangan kaum perempuan dalam memperoleh kesetaraan peran, tidak perlu dianggap sebagai sesuatu yang berbahaya. Upaya dekonstruksi untuk meminimalisisr terjadinya bias dan ketidakadilan gender, tentunya perlu untuk diperjuangkan secara bersama. Bukan hanya perjuangan perempuan itu sendiri.

Selamat merayakan perjuangan, wahai kaum perempuan. Selamat hari perempuan internasional...

8 Maret 2021

Hendra Setiawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun