Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menanti Ritual "Keributan" 14 Februari

13 Februari 2021   18:00 Diperbarui: 13 Februari 2021   18:05 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maaf ya, judul ini bukan untuk clickbait. Tapi memang demikian adanya. Masa pandemi seperti sekarang ini, apakah akan ada ribut dan ribet lagi dengan adanya tanggal 14 Februari?

Seperti yang sudah pernah terjadi 6 tahun belakangan semenjak 2015-2020. Setidaknya, tahun itulah jejak digital yang bisa terlacak. Ada dinas pendidikan kota atau kabupaten yang menerbitkan Surat Edaran yang ditujukan kepada sekolah (negeri kebanyakan), baik tingkat SD, SMP, dan SMA. Isinya melarang siswa untuk melakukan kegiatan yang berkenaan dengan acara Valentine's Day di sekolah.

Hehe... lucu ya. Mungkin ini berkah adanya pandemi, sehingga ritual 'keramaian jagad maya' tahunan itu nampaknya tidak terlihat lagi di tahun ini. Apalagi tanggal 14 Februari 2021 jatuh pada hari Minggu. Hari libur, tidak ada aktivitas tatap muka buat daerah yang sudah bisa melaksanakan kegiatan belajar-mengajar langsung, bukan online (daring).

dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi
Mencoba Bernalar

Kalau dipikir-pikir, sudah enam tahun berjalan rutin. Ada apa ya sebenarnya? Apa yang mesti ditakutkan dengan tanggalan tahunan ini? Mengapa dinas pendidikan kota atau kabupaten di beberapa wilayah Indonesia itu saban tahun repot mengirimi surat himbauan. Suangar kan, xixixi....

Valentine's Day. Haha... ngapain lho disibukkan dengan acara yang lebih dekat dengan bisnis dan komersial seperti itu? Memang di sekolah sudah ada rutinitas untuk memperingati "Hari Kasih Sayang" itu?

Duh, padahal ada banyak versi cerita asal-usul peringatan Valentine's Day itu. Misalnya, Festival Musim Semi sebagai peringatan bagi Faunus, dewi pertanian bangsa Romawi. Ada Festival Lupercalia, yang juga berangkat dari kisah Romawi kuno. Sebuah hari untuk menghormati Juno, ratu dari segala dewa dan dewi kepercayaan bangsa Romawi.

Ada lagi cerita "pertemuan burung" yang terjadi pada pertengahan Februari di Eropa. Kisah selama Abad Pertengahan ketika kawanan burung mencari pasangannya.

Festival "Cinta" atau Hari Metta (Cinta Kasih), yakni hari mengendalikan sikap batin dari segala harapan kesejahteraan serta kebahagiaan semua makhluk, tanpa membeda - bedakan keturunan, suku, bangsa dari mana berasal. Ini pun juga sama, berkisar di bulan Februari.

Namun, memang yang lebih mendominasi cerita dan asal mula nama Valentine's Day adalah berasal dari nama Valentine atau Valentinus. Ia termasuk salah satu pemimpin agama Katolik. Kejadian di Romawi (Kuno) sekitar abad III saat Claudius II memerintah. Ini pun juga ada beberapa versi kisahnya.

Ringkasnya, Valentine tidak setuju dengan perbuatan yang dilakukan Kaisar. Ia akhirnya mendapatkan hukuman mati pada 14 Februari. Sekitar 200 tahun sesudah kejadian itu, Pope Gelasius dari Perancis meresmikan tanggal 14 Febuari 496 sebagai hari untuk memperingati Santo Valentine. Demikianpun pada tahun 1537, Raja Henry VIII dari kerajaan Inggris meresmikan tanggal 14 Pebruari sebagai Valentine's Day.

Jadi apakah surat edaran itu dikeluarkan berkaitan dengan benang merah dari cerita yang terakhir ini, saya juga tidak tahu persis. Mungkin yang berkecimpung dalam dunia pendidikan yang lebih paham ketimbang warga biasa yang awam.

Sejarah Sendiri Terabaikan

Lha, daripada dinas pendidikan menngurusi hal seperti itu, coba deh guru sejarah diberi podium, disuruh angkat bicara. Mereka itu punya andil besar dalam mengangkat derajat bangsa lho. Ilmu mereka sangat berguna untuk membangkitkan rasa cinta tanah air.

Tanggal 14 Februari itu, sejarah malah mencatat adanya hari pemberontakan tentara PETA (Pembela Tanah Air).  Ini sejarah bangsa sendiri, mengapa malah dilupakan? Malah sok sibuk punya kegiatan mengurusi hari lain yang tak ada kaitannya dengan pendidikan.

Konon, ada sebuah tulisan yang berada di atas meja teras tengah ruang santai Istana Gebang yang berada di Blitar, Jawa Timur. Istana Gebang ini adalah rumah kediaman mantan Presiden Soekarno. Rumah ini berada di Jalan Sultan Agung Blitar, sekitar 2 kilometer dari Makam Bung Karno. Setiap tanggal 6 Juni, hari kelahiran Bung Karno, di rumah ini diselenggarakan acara memperingati hari lahir Bung Karno.

Bunyinya demikian (sumber tulisan):

"... di tempat ini pula telah berlangsung peristiwa bersejarah yang perlu diketahui oleh semua generasi muda... mengingat tempat ini adalah tempat pertemuan Shodanco Suprijadi, Shodanco Muradi, dan Dr. Ismangil menghadap Bung Karno yang sedang berkunjung ke rumah ini untuk menyampaikan rencananya bahwa para prajurit PETA Daidan Blitar akan melakukan pemberontakan kepada Jepang. Meskipun Bung Karno saat itu telah menasehati untuk memperhitungkan dengan cermat karena pertimbangan kekuatan yang tidak memungkinkan pemberontakan tersebut akan berhasil, akan tetapi semangat para anggota tentara PETA telah bulat dan tidak dapat dihalang-halangi. Maka pada pukul 03.00 dinihari tanggal 14 Februari 1945 meletuslah pemberontakan tersebut".

Pemberontakan PETA di Blitar terhadap Jepang memang gagal namun bukan berarti sia-sia. Dalam pemberontakan tersebut, pasukan PETA berhasil mengibarkan bendera merah putih dan mengobarkan semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan.

Pemberontakan PETA tersebut sebagai wujud cinta tanah air yang ditampilkan melalui perang masa revolusi melawan penjajah Jepang yang dilakukan generasi muda. Usia Shodanco Suprijadi waktu itu 22 tahun dan menjabat sebagai komandan pasukan.

Peran PETA yang fenomenal di tempat lain adalah peristiwa Rengasdengklok dalam detik-detik kemerdekaan Indonesia. PETA inilah juga yang menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI, atau ABRI sekarang).

Ilustrasi Shodancho Supriyadi (tirto.id/Gery)
Ilustrasi Shodancho Supriyadi (tirto.id/Gery)
Cerdas dan Waras

Mencoba berpikir lebih waras sedikit jika hendak mengorelasikan dua peristitiwa ini. Toh bangsa kita juga belum punya peringatan hari kasih sayang. Adanya hari ibu, hari anak. Jadi spirit cinta kasihnya itu saja yang diambil.

Membayangkan seseorang diberi bunga mawar atau sebatang coklat saja sudah merasa senang. Baik itu oleh orang yang sebelumnya sudah dikenal atau belum. Malah terkadang yang tak mendapat kesempatan, justru sengaja meminta pada yang memberi.

Spirit perhatian ini, ajarkanlah itu kepada para murid. Coba saja jika satu kelas kecil ada 20 murid atau kelas besar 40 murid. Kalau per jenjang kelas ini ini punya 3-5 lokal, jumlahnya sudah cukup banyak.

Suruhlah para murid ini untuk menulis "surat cinta". Bisa kepada keluarga atau kepada para pahlawan masa kini yang terlupakan. Itu kan lebih asyik dan menantang. Tidak mengurusi keyakinan orang, yang justru bisa membuat saling berantem kalau tidak paham betul.

Mengajar murid dengan melakukan literasi, dengan cara curhat lewat tulisan, akan membawa tradisi yang baik. Buat penyemangatnya, guru Bahasa Indonesia bisa memberi reward atau hadiah buat tulisan terkeren. Tulisannya akan menjadi judul buku kompilasi karya para murid.

Wah, menyenangkan kan model pendidikan kayak gini. Daripada ribut bin ribet, "Woi, jangan ngerayain hari valentine di sekolah, ya..."

Apalagi dengan kata-kata menyeramkan dari para warganet penentang Valentine's Day, "Awas, takutnya dengan perayaan Valentine's Day di sekolah, ada siswi yang hamil."

"Ah pikiran kok mesum gitu..."

Ilustrasi: Getty Images/iStockphoto
Ilustrasi: Getty Images/iStockphoto
Sudah wis, selamat menikmati malam Minggu. Selamat Imlekan dan Valentinan buat yang punya tradisi.

Salam damai dan penuh berkat. Selamat berbahagia semua....

 13 Februari 2021

Hendra Setiawan

*) Tulisan sejenis: Ajarkan Kebaikan Saat Valentine-an

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun