***
Di kampung tempat tinggal (masih satu RT) ada Kelenteng. Dulu pada waktu tertentu menggelar acara 'barongsai-an'. Tentu, keramaian yang terbuka untuk umum ini menjadi hiburan tersendiri bagi para penontonnya.Â
Kegiatan "pintu terbuka" semacam ini, bukankah baik untuk mengajarkan anak lebih dini dalam menghargai adanya perbedaan dan toleransi di antara perbedaan pemeluk agama. Bukannya malah ingin menutup tempat agama lain yang dianggap minoritas, walaupun bangunan yang awalnya rumah biasa itu jutru sudah berdiri sejak tahun 1960-1970-an, atau bahkan lebih, misalnya. Lebih tua umurnya dari pendatang baru yang malah sok-sok'an membikin ulah, mempertunjukkan arogansinya. "Ah, berita yang sangat tidak menyenangkan!"
Masa pandemi, semua kegiatann yang bisa mengundang kerumunan massa dilarang. Jadi hanya bisa dilakukan secara virtual. Kondisi demikian, mau apa lagi? Tak mengapalah... Kenangan, memori itu, masih tetap ada.
Memang kami (dalam keluarga) tidak ada yang merayakan Imlek, tetapi turut berbahagia juga ketika tetangga atau kenalan tetiba memberi angpao atau kiriman kue bulan atau ikut menikmati sajian yang telah disediakan.
Ah, bahagianya bila punya kenalan atau berada dalam komunitas yang beranekaragam seperti ini. Nanti kalau ada peringatan 1 Sura (baca: Suro), tetangga yang menganut Kejawen ganti kirim berkat makanan. Asyiknya Indonesia jika warisan yang baik itu dapat berlanjut ke tiap generasi....
12 Februari 2021, Imlek
Hendra Setiawan
Â
*) diolah dari berbagai sumber data