Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Akibat Main Perasaan, Dapat "Surat Cinta" Teguran Moderator Kompasiana

5 Februari 2021   16:45 Diperbarui: 5 Februari 2021   16:49 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar pengumuman peraih K-rewards Januari 2021 (sumber: https://www.kompasiana.com/kompasiana/601bb6793111ba463d0d0693/selamat-untuk-kompasianer-yang-meraih-k-rewards-januari-2021)

Kemarin sore, pasca menayangkan tulisan selingan dari serial Menulis Asyik, buat penggenap angka keramat tayangan ke-200, tetiba dapat notifikasi alias pesan masuk dari Admin Kompasiana.

Wah, kaget, ada apa ini? Apa karena melakukan 'bombardir' tulisan hingga diberi peringatan? Ah, mestinya bukan itu. Apa ya kita-kira?!

Waduh, ternyata isinya soal ilustrasi foto. Karena saya dianggap melanggar ketentuan pedoman komunitas, jadi foto yang sudah dipersiapkan tadi dihapus. Tinggal tulisan saja, yang tayang.

Ya, buru-buru gercep (gerak cepat) saja membuat permintaan maaf dan klarifikasi soal itu. Ini murni karena unsur ketidaksengajaan dan masalah teknis semata; kurang teliti.

***

Saya paham kok, aturan seperti itu. Kalau bukan foto saya, pasti ada keterangan sumber dari mana foto itu diambil. Kecuali milik sendiri, kadang malah saya beri watermark, kadang juga tidak.

Tapi dari penjelasan Moderator, begitu disebutkan dalam akhir pesan pengirim pemberitahuan, akhirnya ya bisa belajar lagi. Jadi lebih tahu.

Ada pelajaran baru. Bahwa situs pencarian semacam Google, Yahoo, dan lainnya, tidak bisa dijadikan sumber rujukan. Pun halnya dengan website penulisan (wordpress, blogspot, dkk.) ataupun situs lain yang bukan penyedia foto resmi, tidak bisa menjadi rujukan.

***

Karya cipta semacam ini, sebenarnya saya juga tahu. Saya pernah menulis hal ini pada artikel Foto "Cantik" dalam Bermedia. Silakan klik di SINI untuk lebih jelasnya.

Singkat cerita, kalau tidak berkenan membaca sendiri, begini. Ada "Nama Media" (berikutnya disingkat NM) 1 yang memuat foto ilustrasi seorang 'bidan cantik' dalam sebuah tulisannya. Lalu ada lagi NM 2 yang ikut mengulasnya. Ia jujur mengatakan kalau sumbernya dari NM 1.

Kemudian, makin ramai lagi, karena fotonya yang viral itu, ada NM 3 yang lagi-lagi membuat inti berita yang sama. Fotonya juga sama persis. Tapi keterangan fotonya adalah IST, atau ada juga yang memakai istilah "Istimewa".

Nah, "salah" sumber pertama tadi mengakibatkan kesalahan yang lebih luas dan fatal. Hasil penelusuran sendiri merujuk bahwa foto itu milik warga asing (bukan WNI). Kalau profesinya sendiri, benar. Ia seorang bidan, bukan model. Tapi NM 1 tidak menyebutkan sumber pertama dari mana ia mendapat foto ilustrasi tulisan.

***

Orang yang malas cari sumber referensi yang valid, jika ia cuma membaca NM 3 tadi, maka kalau ia membuat sebuah karya tulisan baru, maka rujukannya hanya menyebut NM 3.

Salah yang demikian? Secara prosedural tidak juga. Ia sudah  menyebutkan sumber berita yang dimaksudnya. Ia menulis sumbernya dari NM 3.

Padahal kalau ia menemukan NM 2 dan membaca dengan lebih teliti, maka ia tidak akan menulis sumber NM 2, tetapi langsung ke NM 1. Sebab NM 2 memberikan informasi jelas bahwa ia hanya merujuk foto dari tulisan awal milik NM 1.

Ini berbeda dengan NM 3 yang tidak menuliskan hal itu. Sehingga seolah-olah NM 3 bertindak sebagai sumber asal dari berita  yang dibuatnya tadi.

***

Mengubek-ubek, mengacak-acak, menelusuri informasi, memelototi penelusuran jejak ulasan, hingga kini pun belum diketemukan penjelasan yang memuaskan. Apa sebenarnya makna dari kata "Istimewa" pada keterangan (caption) foto yang biasa terdapat di sana.

Kalau dalam karya musik, ditulis "NN", banyak vyang sudah paham. No Name alias pencipta yang tidak diketahui. Ini biasanya berasal dari lagu-lagu daerah yang sudah melegenda. Nyanyian rakyat yang banyak dipakai sebagai tembang dolanan, lagu buat hiburan anak-anak tempo dulu. Warisan turun-temurun ini mengakibatkan siapa penciptanya yang asli menjadi kabur.

Apa jangan-jangan penggunaan kata "Istimewa" ini adalah pengganti kata NN dalam dunia per-media-an, jika ia tak tahu sumber asalnya? Entahlah, tidak ada penjelasan yang cukup jelas. Barangkali ada yang lebih tahu? Bagi-bagi info donk...

***

Kembali pada isu awal, soal teguran tadi. Ini tentu akan jadi pelajaran supaya ke depan dapat lebih teliti lagi. Sebab, memang rasanya sudah terbiasa dengan penulisan keterangan sumber, jadi ya mungkin ini juga faktor kesalahan teknis murni, bukan ada unsur kesengajaan.

Mungkin waktu itu tombol "simpan" (save)-nya tidak berjalan normal akibat gangguan jaringan internet yang lelet di waktu hujan deras. Atau memang karena murni human errot sebab kurang teliti tadi. Tidak melakukan cek-ricek lagi sebelum tulisan ditayangkan.

Mungkin ke depan, barangkali bagian "IT" bisa membantu memfasilitasi pengadaan tombol peringatan seperti yang sudah ada sebelumnya. Misalnya judul, kategori tulisan, atau penamaan label.

Biasanya, kalau itu belum dilakukan, akan otomatis muncul kalimat, "Anda belum memasukkan judul atau kategori tulisan ...." Atau kalimat, ".... minimal harus 70 kata atau maksimal 8 label..."

Ah, ... notifikasi "surat cinta". Kalau dapat hadiah sih enak ya, tapi ini teguran, seperti gimana gitu rasanya... hehe...

5 Februari 2021

Hendra Setiawan

*) Update info, akhirnya dapat juga kabar gembira, warta bahagia untuk penerimaan "K-reward"-nya hasil jerih lelah di bulan Januari 2021 lalu.

 Meskipun menempati urutan ke-140 dari 186 orang, tetap disyukuri saja. Ternyata perhitungan dari sistem yang dipakai Admin, sebanyak 45 tulisan "Pilihan" itu mendapatkan total  3.239 pageviews. Jadi,rerata masih 72 orang per judul tulisan yang dilihat/dibaca. Masih belum terlalu ideal untuk sampai ke minimal angka 100.

Tak mengapa, ini bisa juga jadi pembelajaran buat yang lain. Syukuri dan tetap semangat di Jumat keramat, Jumat penuh hikmat... :)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun