Masif adalah dampak yang terjadi secara luas dan pengaruhnya terhadap penyelenggaraan pendidikan.
Andaikata orang tua murid dari satu siswi di antara 46 tersebut tidak dipanggil lisan ke sekolah, kejadian ini tidak akan membesar dan jadi isu nasional. Jelas sekali ada upaya penyeragaman. "Janggal kalau ada siswi yang tidak sama dengan yang lainnya," begitu antara lain kalimat yang muncul dalam video awal.
Imbas yang Mengerikan
Sejak viralnya kasus ini, media sosial juga akhirnya membuka tabir yang selama ini tersembunyi rapat belasan tahun. Keberanian orang untuk bersuara, menyatakan sikap, lagi-lagi memperjelas kesalahan sistem pendidikan yang selama ini telah diterapkan.
Akibatnya, pembiaran semacam ini menjadi pembodohan. Sekolah tidak lagi sebagai alat bantu untuk mendidik dan mencerdaskan, tapi sebagai sarana indoktrinasi dan diskriminasi legal.
Ambil contoh secara acak dari peristiwa ini. Ungkapan perasaan yang disampaikan oleh [sepertinya menurut pengakuannya adalah] alumni dan siswa.
Coba perhatikan kalimat selanjutnya yang lain. "... kalau tidak maka siswi itu akan jadi bahan perhatian dari lawan jenisnya..."
Lha, ini sekolah untuk belajar biar pintar atau mau nonton model kecantikan sih? Pernyataan ini kan justru tendensi melecehkan mereka yang tidak mau mempergunakan atribut keagamaan. Serendah itukah wanita yang hanya jadi "objek penglihatan"?
Poin lain adalah soal peraturan sekolah. Ini sama dengan yang disampaikan oleh siswi aktif. Justru dalam pernyataan itu, malah penggunaan kalimat ditandai dengan huruf besar. Secara psikologis, ia hendak menunjukkan efek marah. Dia merasa tidak terima jika ada yang mempersoalkan peraturan sekolah.