Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Teman Bisnis Bukan Bisnis Teman

26 Januari 2021   14:30 Diperbarui: 26 Januari 2021   14:39 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Era pandemi seperti saat ini, banyak orang yang mengalami PHK seketika. Salah satunya bisa dialami oleh teman-teman yang dekat dengan kita.

Mau tak mau mereka pun banting setir. Berusaha apa saja. Dari mulai menjual barang atau produk makanan minuman, sayur buah. Atau juga menawarkan jasa apa saja sesuai yang dia bisa. Yang penting ada pekerjaan lain sebagai pengganti. Entah ini ditekuni ataukah sambil lalu semata, sembari mencari yang tetap lagi. Sebab jika hanya mengandalkan sisa pesangon atau tabungan, paling bisa bertahan berapa lama

Teman yang alih profesi berbisnis, tetaplah mereka dipandang teman seperti semula. Bukan dipandang orang lain. Tetapi soal bisnis, jangan sampai kemudian ini menjadi persoalan baru. Rusak hubungan pertemanan yang sudah dijalin cukup lama.

Membantu bisnis teman dengan cara membeli barang dagangannya, atau ikut mempromosikan usaha mereka, tentu akan bertambah guna. Paling tidak ikut memperlancar pekerjaan barunya.

Bisnis dengan Sehat

Teman bisnis yang terindikasi mengecewakan, tentu dapat lebih mudah membuyarkan relasi. Memang bisa saja bukan kita yang mengalami secara langsung waktu itu. Tetapi manakala orang lain yang bercerita, "Temanmu itu bla... bla.. bla..." Cerita yang tak enak didengar telinga. Bukan rekomendasi yang bagus malahan. Ini tentunya akan membuat penilaian baru atas teman tersebut.

Bisnis tetaplah bisnis. Teman tetaplah teman. Tentu sikap dan kepercayaan ini jangan sampai disia-siakan. Berhubung menganggap teman, jadinya malah meng-gampang-kan. Tidak berlaku profesional seperti ketika menghadapi orang lain yang baru dalam berbisnis

Bahasa Jawa mengatakan, "tuna sathak bathi sanak". Artinya, lebih baik rugi sedikit  kehilangan nilai harta, daripada kehilangan persahabatan. Uang masih bisa dicari, tapi teman susah didapati.

Teman bisa membantu di kala susah, tapi uang bisa memperkeruh suasana.Bila ada masalah sekecil apapun, itu juga memutus mata rantai usaha. Teman tak mau lagi membantu promosi atau membeli usaha itu ke kerabat atau kenalan lainnya.

Kalau yang ditawarkan teman dalam bisnisnya terlalu mahal ketimbang harga pasar pada umumnya, tak perlu berburuk sangka dulu. Mungkin itu karena dikerjakan secara manual atau satuan alias home made. Maka jadinya harga lebih mahal dari pembuatan grosir. Itu lumrah saja.

Lihat juga kualitas barang yang ditawarkan. Kalau ternyata memang kualitasnya lebih baik, tak mengapa jua membantu jalannya roda perekonomian keluarganya. Itung-itung turut menyalurkan berkat Tuhan yang dititipkan pada kita.

Bukankah hal yang sama juga bisa berlaku, ketika suatu saat kita juga sedang membutuhkan sesuatu. Maka, ada orang lain yang memberi pertolongan. Roda kasih ini akan terus berputar. Kebaikan yang kita berikan, suatu saat akan kembali kepada kita. Walaupun bukan dari orang yang sama kita melakukan kebaikan itu.

Kalau mau berbisnis dengan teman, jangan sampai mengecewakan, karena itu akan mengurangi respek.  Dan secara tidak langsung, juga akan merenggangkan tali emosional.

Selamat berbisnis, selamat berteman. Selamat berbisnis dengan teman. Selamat berteman dalam bisnis.

Hendra Setiawan

26-01-2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun