Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Walau Sebenarnya Biasa Saja, tapi Punya Karib Bule Itu Amboi Rasanya

25 Januari 2021   19:46 Diperbarui: 25 Januari 2021   19:50 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Delegasi WNA kala datang berkunjung ke Surabaya dalam rangka Cross Culture Festival (foto: dok. pribadi)

Nekat dan iseng saja awalnya. Omong-omong dan minta ijin kepada petugas jaga untuk ikutan melihat dari jarak dekat. Teman kami ini asalnya dari negara kawasan Eropa. Jadi secara perawakan tinggi besar dan berkulit lebih putih. Terlihat jelas beda fisik, walau secara usia tak berbeda jauh.

Basa-basi ini akhirnya membuahkan hasil. Kami diijinkan masuk. Tentu dengan syarat salah satunya meninggalkan KTP dan diberi keplek tamu buat yang ikut.

Hehe... Tentu saja senang to.... Bikin iri pengunjung lokal yang lain. Belum tentu mereka juga akan diijinkan masuk, walaupun sambil nangis dan guling-guling di aspal, hahaha...

Beda perlakuan? Tentu saja. Ada dan memang bisa saja terjadi dalam kenyataan.

Kalau bule-bule ini berprestasi, lebih bisa menjiwai budaya lokal, maka apresiasi yang diberikan WNI akan lebih tinggi lagi.

Coba perhatikan saja di kanal youtube atau kalau ada grup WA.  Kadang ada anggota grup yang mengirim video tayangan bule ketika (dalam budaya Jawa) nyinden, nembang, main gamelan, menari, mengajar bahasa daerah. Hal seperti itu malah lebih diminati bukan? Kagum.

Tapi memang sih, semestinya perlakuan antara WNI dan WNA jangan dibeda-bedakan walaupun ada perbedaan di dalamnya.

Mereka sebenarnya fine-fine saja mendapatkan perlakuan yang sama dengan WNA. Cuma pembedaan dalam hal masakan yang kadang tidak nyambung seleea lidah, tapi hanya awal-awal saja.

Tetapi, ya, begitu. Jangan juga karena tidak paham dengan konteks kultural yang ada di negara kita, lantas ada oknum yang memanfaatkan keadaan. Sama saja kan, kalau misalnya suatu saat kita jadi WNA di negara lain.

***

Berjalan bareng, ngobrol akrab, kadang kita juga dapat sorotan (dilihati banyak pasang mata) berbeda dari orang-orang sekitar. Rerasan dan celotehan pasti ada. Sama juga sebenarnya hal ini saat kita berada dalam posisi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun