Bu Risma itu sudah kerja keras
Masih saja kau kritik pedas
Memangnya kau sendiri bisa melakukan lebih cerdas dan tangkas
Risma itu seorang ibu
Tahu sendirilah bagaimana  karakter seperti itu
Kasih sayangnya pada anak bak seorang pembantu
Dia tulus bekerja sekuat tenaga
Buat kesejahteraan anak-anaknya
Walau ia sendiri susah, tetap akan menunjukkan wajah bahagia
Kalian itu sebenarnya tahu
Atau pura-pura tak mau tahu
Atau sudah putus tak punya urat malu
Walau Risma cuma berasal dari Surabaya
Gaungnya tak kalah dengan gemerlap ibukota Jakarta
Tak butuh sensasi berita murahan, karena namanya sudah lebih mendunia
Jabatan baginya hanyalah amanah
Kedudukan dan pangkat bukan ia yang meminta-minta, karena ia sadar, mengemban itu tidaklah mudah
Harus dijalankan sepenuh hati dan tabah walaupun susah
Kalian itu pasti ngiri paling
Karena namanya jadi media darling
Dan kau tak mampu membuat kenyataan ini berpaling
Maka blusukan pun kalian jadikan senjata
Menembak sasaran dengan dalih sandiwara
Padahal yang kalian tuduhkan  terbukti nyata ada
Kalian kurang baca berita atau apa
Sepak terjang wanita perkasa saat berkarya
Turun tangan memberi keteladanan biar anak buah tak berleha-leha
Datang paling pagi, pulang sudah larut malam, betapa sungguh mulia nian
Apa kau sanggup melakukan seperti yang dia kerjakan
Jangan asal cuap kalau kalian sendiri cuma duduk manis di kantoran
Dengan bercakap dan turun langsung ke lapangan
Dia mencari tahu sunber akar persoalan
Supaya ada titik terang yang bisa membuka jalan
Ah, kalian saja yang mengada-ada
Mencari-cari celah salah yang bisa dibuka
Apa karena tak ikutan bisa mencicipi kue dan buah sejahtera hasil tangan dinginnya
Belajarlah dari sepak terjangnya dalam menyejahterakan penduduk kota
Dari perkembangan mental sosial anak, kebutuhan kaum pekerja dan milenial, hingga kehidupan para lansia diperhatikannya
Tak sekadar bisa bikin seribu taman kota, Â tapi juga membangun spirit kebanggan dan keberagaman warga
Main-mainlah ke Surabaya sini
Era teknologi digital sudah banyak menanti
Jangan harap kau bisa lagi bermain mata dengan suap dan korupsi
Betul, Risma kini boyong ke ibukota negara
Tugas  jauh lebih besar dinanti rakyat se-Indonesia raya
Dia tentu mampu kalau kalian semua menyambutnya dengan riang ria
Tak perlu sinis karena kalah pamor nama
Itu tak penting, baginya kesejahteraan rakyatnya itu yang lebih utama
"Jangan musuhi rakyat saya, lawan saya"
Aduh, ibu, merinding bulu kuduk
Saat kau sampaikan itu di depan ribuan pasang mata yang lagi duduk
Mendengar cerita ketulusanmu yang bisa membuat hati campur aduk
Tetaplah berjuang dengan sepenuh jiwa nan suci
Tak usah ladeni ocehan tak berguna barisan sakit hati
Tetaplah melawan mereka dengan kekerasan tulus nurani
Seperti yang sering kau katakan kepada kami
"Jabatan itu amanah dari pada-Nya, saya harus mempertanggungjawabkannya dengan baik dan benar hingga semuanya selesai"
Doa kami dari jauh akan senantiasa mengiringi
Â
© Hendra Setiawan
22-01-2021
*) 30 hari dari walikota ke menteri sosial
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H