Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Tanggap Bencana

21 Januari 2021   17:23 Diperbarui: 21 Januari 2021   17:28 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: twitter Emil Salim, mantan Menteri Lingkungan Hidup

Pernahkah terbayangkan, seseorang karena seringnya mendapat masalah, ia merasa semakin kehilangan rasa percaya diri? Atau sebaliknya, ia akan semakin pasrah-berserah. 

Terjadi dua kemungkinan sikap batin, ketika manusia seakan terus-menerus diperhadapkan pada situasi yang tidak menyenangkan. Keduanya, bisa dianggap bernilai positif, tapi bisa juga negatif.

Pertama, ia akan semakin tabah, sabar dan bijak dalam menempuh jalan nestapa itu. Penderitaan justru akan membentuk dirinya makin kuat

Sebaliknya, dalam dirinya mulai tumbuh kebimbangan, putus asa dan hilang pengharapan. Ia merasa ada ketidakadilan dalam hidup, dan kehidupan yang tengah dilakoninya.

Dilema seperti itu bisa dialami oleh siapa saja. Pun juga oleh sebagian dari kita. Kita, yang jauh dari marabahaya. Kita, yang terluput dari bencana atau musibah. Kita, yang tidak terkena malapetaka. Kita, yang belum pernah merasakan duka lara.

Secara langsung atau tidak, dua sisi ini akan selalu menghinggapi diri kita. Tinggal respon terhadap itu semua. Makin mewujud kepekaan sosial, empati, dan kepedulian ataukah tidak.

***

Bencana ... Kita tidak pernah mampu mengetahui apa yang akan terjadi. Kapan ia datang dan kapan ia pergi. Kita hanya tahu dari pertanda yang ada. Dari fenomena dan catatan sejarah yang pernah tercatat.

Memang, kita tidak mengharapkan bencana itu datang menghampiri kita. Tidak berarti, lantas bila bencana itu justru menimpa orang lain, kita pun tidak merasa pedih dan ikut berduka.

Kita tidak ingin "celaka" ada dan mengenai siapapun juga. Tetapi, siapa bisa nyana bila hal itu mesti terjadi? Bukankah kita bukan sang pengatur waktu, yang tahu segala kejadian, yang akan terjadi kemudian?

Bencana, datang dan pergi. Datang membawa petaka, pergi meninggalkan luka dan lara. Manusia hanya bisa mencoba merasakan; melihat dan membaca tanda-tanda alam. Lewat perubahan-perubahan tanda alam yang terjadi, manusia cuma bisa memprediksi peristiwa apa yang bakal terjadi kelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun